Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

Ibarat Mata Air di Gurun Pasir, Sri Mulyani Cetak Generasi Berbudaya

Penakhatulistiwa.com, Surabaya – Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

Kalimat tersebut tertuang dalam Pasal 32 UUD 1945 yang dijadikan landasan konstitusional baik oleh pemerintah maupun masyarakat dalam mengembangkan kebudayaan Indonesia yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Related Posts
1 of 509

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sedangkan pergertian budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah.

Pesatnya perkembangan teknologi informasi seakan menghapus sekat dari dunia luar untuk masuk dan mempengaruhi budaya bangsa Indonesia yang mana hal tersebut telah memberikan beberapa efek negatif terhadap masyarakat dalam berprilaku dan bersikap.

Generasi muda kita cenderung lupa atau bahkan tidak tahu bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar dengan peradaban budaya yang tinggi, kearifan lokal seakan pudar terhapus serbuan gelombang budaya asing yang tanpa filter.

Kota Surabaya merupakan kota besar dengan masyarakat yang sudah sangat mampu mengakses berbagai informasi dari luar secara intens, sehingga banyak budaya baru dari luar negeri terkadang tidak sesuai dengan adat dan falsafah ketimuran menjadi trend bagi kalangan generasi mudanya.

Namun, ditengah-tengah terkikisnya pengetahuan akan budaya bangsa masih terdapat jiwa-jiwa yang mengobarkan semangat untuk membangun dan mengembangkan kebudayaan lokal melalui jalur kesenian, khususnya seni tari.

Foto: Sri Mulyani Pimpinan Pusat Olah Seni dan Budaya Mulyo Joyo Enterprise di Kota Surabaya

Sri Mulyani adalah salah satunya, sebagai pimpinan Pusat Olah Seni dan Budaya Mulyo Joyo Enterprise di Kota Surabaya, wanita yang lahir di Surabaya pada tanggal 24 November 1975 ini pun sepak terjangnya dalam dunia tari sudah tidak diragukan lagi dalam setiap unjuk karya-karyanya.

Pengelanaan Sri Mulyani dalam gerak dan estetika dalam dunia tari sudah sampai pada pertanggungjawaban dalam kreatifitasnya. Sehingga mampu menghargai makna kehidupan serta mengangkat harkat martabat, nilai sosial budaya masyarakat.

“Di sanggar Saya juga menerima murid yang berkebutuhan khusus. Karena mereka juga sangat ingin bisa seperti yang lain maka saya bersedia mengajar dengan penuh kesabaran, ketelatenan dan ikhlas,” ujarnya pada Penakhatulistiwa.com, minggu (5/8).

Dalam mengembangkan budaya bangsa dan melestarikan kearifan lokal melalui jalur kesenian, Sri Mulyani tak pernah mengenal lelah berinovasi dalam meraih prestasi.

“Belajar itu tiada batas, usia, waktu, dan di manapun. Kesuksesan berangkat dari pengalaman proses yang harus dilalui, Wacana terus berkembang menembus cakrawala tanpa batas. Bersama seni budaya kita yang adiluhung mampu membawa kita mempererat jalinan hubungan baik antar bangsa,” tutupnya.

Foto: Kegiatan Olah Seni dan Budaya Mulyo Joyo Enterprise di Kota Surabaya

Sekadar diketahui, Sri Mulyani memang dibesarkan di lingkungan dunia tari. Sejak kecil sudah berlatih menari. Nafas dan kerinduan akan makna-makna dalam setiap gerak tari hingga kini masih mengusik hatinya dalam pencarian jati diri di hamparan gerak dan ruang dunianya tanpa batas.

Tari Panji Klaras Keboan Sikep, tari Negeri Limbah, Kidung Banjar Panji, Satriya Jenggolo hanyalah sebagian dari banyak karya yang diciptakan oleh pemilik Sanggar Mulyo Joyo Enterprise yang berlokasi di Jl. Tambak Medokan Ayu II No. 100 Surabaya. (TO2K)

READ  Pengadaan Komputer Rp 128 Miliar Oleh BPRD DKI Jadi Perbincangan Publik

Leave A Reply

Your email address will not be published.