Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

Nasib Malang Sejarah Radio Bekupon di Surabaya

 

Penakhatulistiwa.com, Surabaya – Sebuah perangkat bersejarah yang berperan besar dalam penyampaian berita Proklamasi dan menyebarkan semangat perjuangan itu teronggok bagai anak tiri. Nasibnya menunggu ketidak pastian, seperti suara-suara sumbang yang lenyap dihembus angin. Dia adalah Radio Bekupon, berdiri kokoh di tengah riak metropolitan Kota Pahlawan, kota seribu prestasi.

Related Posts
1 of 522

Stasiun radio pertama di Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1925, bernama Bataviasche Radio Vereniging yang berstatus kerjasama dengan pemerintah Hindia Belanda. Selain di Jakarta, pemancar radio yang bersifat kepemerintahan maupun swasta juga terdapat di kota-kota besar lainnya seperti Surabaya, Bandung, Medan, Surakarta, Madiun dll. Salah satu stasiun radio yang paling besar saat itu adalah NIROM “Nederlansch Indische Radio Omroeap Mij”.

Segala kebutuhan operasional NIROM dibantu langsung oleh pemerintah Belanda, yang bersifat mencari keuntungan finansial guna mendukung kukuhnya kolonialisme di negeri jajahan Hindia Belanda. NIROM merupakan sarana hiburan sekaligus corong propaganda pemerintah Hindia Belanda dalam menghadapi semangat kebangsaan di kalangan penduduk pribumi yang berkobar sejak tahun 1908, lebih-lebih setelah Sumpah Pemuda tahun 1928.

Agar bisa menjangkau masyarakat secara luas NIROM mempunyai studio dimana-mana, di hampir seluruh kota besar di pulau Jawa. Di Surabaya, gedung pemancar radio NIROM terletak di Jalan Embong Malang. NIROM juga membangun instalasi berupa pesawat radio permanen, yang terbuat dari semen cor setinggi dua meter, dengan rongga di bagian atasnya untuk menempatkan peralatan elektrik. Pesawat radio permanen ini diletakkan pada tempat-tempat yang sangat strategis, seperti taman kota, persimpangan jalan dan alun-alun agar seluruh masyarakat bisa mendengar siarannya.

Karena bentuknya yang unik menyerupai rumah burung merpati, maka masyarakat Surabaya menjuluki pesawat radio permanen milik NIROM tersebut dengan sebutan “Radio Bekupon”. Bagi masyarakat Surabaya, Bekupon yang merupakan rumah burung merpati sangat familiar di kehidupan sehari-hari. Sebab dahulu, rata-rata kaum pria Surabaya memiliki burung merpati sebagai binatang peliharaannya. Dan keberadaan Radio Bekupon sebagai alat penyebar berita atau himbauan-himbauan agar masyarakat tunduk terhadap pemerintah Hindia Belanda.

Namun pada 8 Maret 1942 kekuasaan Hindia Belanda beralih ke pemerintahan Jepang. Stasiun radio yang tadinya berstatus swasta maupun milik pemerintah dimatikan, kemudian diurus oleh jawatan khusus bernama Hosho Kanri Kyoku yang pusat siarannya berkedudukan di Jakarta. Cabang-cabang Hosho Kyoku terdapat di Bandung, Purwokerto, Jogja, Surakarta, Semarang, Surabaya, Malang dll. Saat itu oleh pemerintah Jepang hampir semua stasiun radio disegel, agar masyarakat tidak bisa mendengarkan siaran luar negeri.

Saat dibawah kendali Jepang, stasiun milik NIROM difungsikan sebagai alat komunikasi antar wilayah jajahan yang ada di Indonesia. Dan Radio Bekupon menjadi media propaganda kepada seluruh masyarakat. Salah satunya mempropaganda masyarakat dengan menyatakan “Kemerdekaan itu tidak enak dan sengsara, masyarakat harus bertanggung jawab atas hidupnya sendiri”. Meskipun propaganda itu sering disiarkan, mayoritas masyarakat Surabaya acuh. Propagandaitu dianggap angin lalu, ibarat sampah yang bertebaran di udara dan berbalik menjadi pelecut semangat Arek-arek Suroboyo.

17 Agustus 1945 berita Proklamasi yang terjadi di Jakarta dikirimkan melalui kode Morse ke kantor berita Domei di Surabaya pada pukul 11.00. Oleh karyawan kantor berita Domei informasi tersebut diselundupkan pada surat kabar Suara Asia. Kemudian pada 18 Agustus 1945 staf Radio Surabaya Hosho Kyoku berhasil menyiarkan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam bahasa Madura pada pukul 19.00 yang rilisnya dapat didengarkan melalui Radio Bekupon. Pemilihan bahasa Madura adalah siasat untuk mengelabui tentara Jepang yang setiap saat mensensor pemberitaan. Sebab ketika itu tentara Jepang yang menjaga Radio Hosho Kyoku hanya menguasai Bahasa Indonesia.

Pada 22 Agustus 1945 Radio Surabaya Hosho Kyoku dapat dikuasai oleh Arek-arek Suroboyo dan secara de facto telah berubah menjadi Radio Republik Indonesia. Jika sebelumnya Radio Bekupon berfungsi sebagai media pelanggeng kekuasaan kaum penjajah, kini berbalik. Radio Bekupon digunakan sebagai corong kemerdekaan Bangsa Indonesia di daerah-daerah, menjadi pembangkit semangat perjuangan rakyat. Hingga akhir November 1945, Radio Bekupon masih menjadi media yang tak pernah padam menyerukan agitasi melawan tentara Inggris yang menduduki Indonesia, khususnya kota Surabaya.

Nama besar seperti Bung Tomo, Gubernur Suryo hingga Dr. Mustopo pernah mengobarkan gelora semangatnya melalui Radio Bekupon dalam melawan penjajahan. Namun sayang Radio Bekupon yang mempunyai jasa besar dalam menyampaikan rilis semangat juang itu nasibnya mengenaskan, terkatung-katung bagai buih di tengah lautan. Bisa dikatakan Radio Bekupon “perangkat bersejarah” satu-satunya yang masih tersisa di Jawa Timur, kini berada di ujung Jln. Kombes Pol. M. Duryat, Kota Surabaya, tak jauh dari rumah siar Radio Pemberontakan Republik Indonesia pimpinan Bung Tomo yang berada di Jln. Mawar No. 10. Jas Merah !!
Surabaya Historical

(Red)

READ  Pelaku Pembawa Sajam Diciduk Polsek Camplong

Leave A Reply

Your email address will not be published.