Penakhatulistiwa.com – Sungguh memilukan menyaksikan foto ini. Berlokasi di salah satu daerah di kawasan Jakarta Utara di tepian bantaran sungai.
Tak disebutkan secara pasti lokasi tepatnya. Yang nampak bahwa anak ini tengah tertidur, bisa jadi karena saking laparnya hingga membuatnya tertidur.
Anak ini mungkin belum memahami kenapa mesti ada pertempuran. Yang dia tahu dan yang dia cari mungkin hanyalah kasih sayang dan makan. Mencari sandaran untuk berkeluh sembari menahan perihnya perut.
Situasi ketika itu tengah kalut karena kecamuk perang. Belanda dengan arogan telah mengerahkan kekuatan militernya. Menginvasi negeri yang telah merdeka dan berdaulat. Mereka telah melanggar kesepakatan yang dijalankan antara Republik dengan Belanda sendiri, bahkan kemudian tak mengakuinya. Dengan dalih ‘Politionele Actie – Aksi Polisionil’ digunakan untuk melegitimasi segala tindakanya. Aksi Polisionil dengan pengerahan kekuatan militer.
Menilik dari suatu kejadian di masa lalu, apakah kemungkinan akan terjadi lagi ?.
Namun ada perbedaan dari masa lalu dengan situasi sekarang. Dulu anak anak kecil mengalami nestapa duka yang mengiris hati lantaran ulah biadab dari penjajah kolonial Belanda.
Berbeda dengan sekarang, Indonesia baru saja memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke 73 tahun.
Setelah menikmati kemerdekaan selama 73 tahun atas perjuangan, darah dan air mata justru masyarakat Indonesia seolah olah tidak menikmatinya. Justru disibukkan dengan perpecahan saling mencela sesama bangsa sendiri.
Indonesia kita kaya, marilah bersama membangun Indonesia yang semakin jaya. Kita harus bangga jadi rakyat Indonesia.
Darah yang mengalir pada diri kita, Air mata yang keluar dari tangisan kita, tanah yang kita injak dan apapun yang kita makan maupun peroleh adalah dari Indonesia.
Jangan kembalikan lagi sejarah kelam yang pernah terjadi di Indonesia.
Bahasa kita sama dan Bendera kita sama “INDONESIA”
Penulis: Erik Prastyo