Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

JUNG JAWA, Kapal Raksasa Milik Bumi Nusantara

 

Penakhatulistiwa.com – Jika sekarang Indonesia masih membeli kapal perang dari luar negeri atau tertinggal dalam teknologi bidang ini, sebenarnya merupakan hal yang sangat disayangkan. Karena pada masa lalu, kapal buatan nenek moyang negeri ini justru membuat orang asing terkagum-kagum.

Related Posts
1 of 482

Banyak kapal tradisional asli nusantara. Salah satunya yang paling terkenal adalah Jung Jawa. Sebuah kapal raksasa yang telah menjelajah dunia. Ketika bangsa Portugis pertama kali datang ke wilayah Nusantara mereka dibuat minder dengan kapal tersebut.

Sejumlah catatan menyebutkan ketika pelaut Portugis mencapai perairan Asia Tenggara pada awal tahun 1500-an mereka menemukan kapal-kapal Jung Jawa mendominasi dan menguasai jalur rempah-rempah yang sangat vital, antara Maluku, Jawa, dan Malaka.

Kota pelabuhan Malaka pada waktu itu praktis menjadi kota orang Jawa. Di sana banyak saudagar dan nakhoda kapal Jawa yang menetap, dan sekaligus mengendalikan perdagangan internasional.

Diego de Couto dalam buku Da Asia, yang diterbitkan pada tahun 1645 menyebutkan orang Jawa sangat berpengalaman dalam seni navigasi, sampai mereka dianggap sebagai perintis seni paling kuno ini, walaupun banyak yang menunjukkan bahwa orang China lebih berhak atas penghargaan ini, dan menegaskan bahwa seni ini diteruskan dari mereka kepada orang Jawa.

Tetapi yang pasti adalah orang Jawa yang dahulu berlayar ke Tanjung Harapan dan mengadakan hubungan dengan Madagaskar, di mana sekarang banyak dijumpai penduduk asli Madagaskar yang mengatakan bahwa mereka adalah keturunan orang Jawa.

Bahkan, pelaut Portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16 itu menyebutkan, orang Jawa lebih dulu berlayar sampai ke Tanjung Harapan, Afrika, dan Madagaskar. Dia mendapati penduduk Tanjung Harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat seperti orang Jawa. “Mereka mengaku keturunan Jawa,” tulis Couto, sebagaimana dikutip Anthony Reid dalam buku Sejarah Modern Awal Asia Tenggara.

Alfonso de Albuquerque, komandan Angkatan Laut Portugis yang menduduki Malaka pada 1511 memberi perhatian khusus kepada kapal Jung Jawa. Kapal berukuran besar yang digunakan angkatan laut kerajaan Demak untuk menyerang armada Portugis.

Alfonso de Albuquerque dalam catatannya menyebutkan kapal ini memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat. Kapal memiliki daya tahan yang sangat mengagumkan karena mampu menahan tembakan meriam kapal kapal Portugis.

Jenis kapal ini memiliki bobot rata-rata sekitar 600 ton yang pada saat itu sudah lebih besar dibandingkan kapal perang Portugis. Bahkan Jung terbesar dari Kerajaan Demak memiliki bobot hingga 1.000 ton Kapal Portugis benar-benar dibuat kerdil oleh kapal Jung Jawa.

Bahkan pelaut Portugis Tome Pires dalam catatannya yang berjudul Summa Oriental tahun 1515 menyebutkan kapal Portugis terbesar yang ada di Malaka tahun 1511 yang bernama Anunciada terlihat tak sebanding bila disandingkan dengan Jung Jawa.

Catatan Gaspar Correia, pelaut Portugis yang membuat catatan bersama Tome Pires mengatakan Jong memiliki ukuran melebihi kapal Flor de La Mar, kapal Portugis yang tertinggi dan terbesar tahun 1511-1512. Menurut Gaspar Correia pula, bagian belakang kapal Flor de La Mar yang sangat tinggi, tidak dapat mencapai jembatan kapal yang berada di bawah geladak kapal Jung.

Sedangkan dalam buku Majapahit Peradaban Maritim, Jakarta: Suluh Nuswantara Bakti yang ditulis Irawan Djoko Nugroho Irawan ukuran kapal Jung Jawa baik dalam hal panjang dan lebar bahkan empat kali lebih besar dibandingkan kapal Flor de la Mar. Jung Jawa memiliki panjang sekitar 313,2 – 391,5 meter sementara kapal Flor de La Mar diperkirakan memiliki panjang 78,30 meter.

Saat menyerang Malaka, Portugis berdasarkan Hikayat Hang Tuah menggunakan 40 buah kapal Flor de La Mar. Sedangkan Sejarah Melayu menyebutnya 43 buah kapal. Setiap kapal mampu mengangkut 500 pasukan dan 50 unit meriam. Dengan ukuran empat kali lipat maka bisa dibayangkan berapa yang bisa diangkut Jung Jawa.

Namun Jung Jawa memiliki kelemahan. Bentuknya yang besar dan berat membuat kapal bergerak lamban. Berbeda dengan kapal Portugis yang lebih ramping hingga lebih mudah melakukan manuver.

Jong oleh catatan pelaut Portugis disebut dengan Junco. Sedangkan para penulis Italia menyebut dengan istilah Zonchi. Sejumlah catatan juga menyebutkan kapal ini bentuknya sangat berbeda dengan jenis-jenis kapal Portugis. Selain dinding kapal Jung yang terbuat empat lapis papan tebal, Kapal Jung juga memiliki dua dayung kemudi besar di kedua buritan. Kedua dayung kemudi itu hanya bisa dihancurkan dengan meriam. Dinding kapal Jung mampu menahan tembakan meriam kapal-kapal Portugis yang mengepungnya dalam jarak yang sangat dekat.

Bagaimana teknik pembuatan kapal Jung Jawa masih menjadi misteri, seperti teknik sambung apa yang digunakan sehingga kapal Jung tahan tembakan meriam. Selain itu, bahan apa yang digunakan untuk merapatkan kayu, sehingga kapal Jung Jawa aman dari merembesnya air.

Setelah kedatangan bangsa asing, secara pelan kapal jung jawa kemudian ditinggalkan. Hal ini karena penjajah menguasai jalur perdagangan dengan kapal mereka menjadikan pedagang nusantara tidak bisa lagi berlayar bebas di laut.

Penjajahan yang berlangsung ratusan tahun akhirnya membuat kemampuan bangsa ini untuk membuat kapal pun akhirnya hilang dan kini lebih bergantung pada teknologi luar negeri.

(PPDSM)

READ  Kapolres dan Dandim Dampingi Bupati Majalengka Tinjau Lokasi Bencana

Leave A Reply

Your email address will not be published.