Penakhatulistiwa.com, Sidoarjo – Suasana Pura Jala Siddhi Amertha (JSA) di Raya Juanda Sidoarjo ini erbeda dari hari biasanya. Tempat suci umat Hindu yang terletak didekat Bandara Internasional Juanda ini dipadati ribuan umat Hindu dari Sidoarjo dan Surabaya.
Mereka datang untuk melakukan ritual suci dan memanjatkan doa pada upacara Piodalan yang dilaksanakan di Pura JSA pada Sabtu (22/9).
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sidoarjo Nyoman Anom mengatakan, Piodalan yang jatuh pada Saniscara Kliwon Wuku Wayang atau bertepatan dengan Tumpek Wayang ini merupakan acara rutin tahunan yang dilaksanakan di Pura JSA.
“Acara piodalan kali ini adalah wujud keguyuban umat dan menjadi salah satu bentuk nyata pertumbuhan kesadaran beragama sekaligus bermasyarakat umat Hindu khususnya di Sidoarjo”terang Nyoman Anom.
Dijelaskan Nyoman Anom, Pura Jala Siddhi Amertha yang memiliki luas tanah 3000 meter persegi ini merupakan sarana ibadah sekaligus pendidikan generasi muda Hindu di Sidoarjo dan merupakan salah satu pura yg selalu dipadati oleh umat yang berasal baik dari Sidoarjo dan Surabaya dalam setiap hari raya keagamaan maupun kegiatan sekolah agama Hindu serta menjadi tempat latihan budaya Bali bagi generasi muda bahkan pura ini juga memiliki sekolah tinggi agama Hindu yg diakui di Jawa Timur.
“Sebagai sebuah tempat suci bagi umat Hindu. Masing-masing Pura biasanya mempunyai Hari Piodalan. Ada yang datangnya setiap enam bulan sekali, ada juga yang datangnya setiap tahun. Apa sebenarnya makna Hari Piodalan tersebut? Piodalan adalah wujud bhakti sebagai usaha untuk mencapai jagadhita yang dalam babad Bali, piodalan juga disebut sebagai petirtayan, petoyan, dan puja wali,” jelasnya.
Piodalan yang utamanya sebagai kelompok upacara dewa yadnya, Lanjut Nyoman Anom, merupakan upacara yang ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Waça dengan segala manifestasinya yang pujawalinya dipimpin oleh seorang pedanda atau pemangku di tempat suci masing – masing.
“Arti kata “Piodalan” berasal dari kata wedal yang artinya ke luar, turun atau dilinggakannya, yang dalam hal ini pengertiannya disebutkan, Ida Sang Hyang Widhi Waça dengan segala manifestasinya yang keluar dari kahyangan dan dilinggakan atau di-stanakan menurut hari yang telah ditetapkan untuk tempat-tempat suci seperti : pemerajan/sanggah, pura dll agar umat dapat melaksanakan persembahyangan dan pemujaan,” sambungnya.
Perayaan upacara piodalan, masih kata Nyoman Anom, sarat dengan kesakralan dan berbagai acara seni budaya sebagai wujud persembahan umat Hindu kepada Sang Hyang Widhi Wasa.
“Begitu juga halnya dengan perayaan piodalan di Pura Jala Siddhi Amertha Juanda. Persembahan sendra tari, beragam tarian dan seni musik gamelan silih berganti ditampilkan oleh anak anak generasi muda Hindu yg menjadi murid di pasraman pura Jala Siddhi Amertha ini dilengkapi juga oleh penampilan seni budaya oleh bapak bapak dan ibu ibu umat Hindu Sidoarjo,” ujar Nyoman.
Dalam sendratari yg berjudul kejayaan Majapahit dengan tari tarian dan iringan gamelan dengan sangat indah diceritakan mengenai bagaimana raja Hayam Wuruk yang begitu dekat dan mencintai rakyatnya menugaskan Maha Patih Gajah Mada untuk membentuk armada laut dan angkatan perang yang kuat menumpas berbagai gangguan keamanan negeri Majapahit.
“Sendratari yang didukung oleh 45 penari ini secara spesial merupakan persembahan sanggar Santi Swara Juanda dengan ketua I Made Subakti dan pelindung Laksamana Pertama I Nyoman Gede Sudihartawan (Kas Armada II),” kata Nyoman Anom pada sejumlah awak media.
Sementara, Made Jiwa Pastika selaku Ketua rumah tangga Pura JSA menjelaskan, Berbagai seni budaya yg dipersembahkan dalam upacara Piodalan tersebut merupakan juga bentuk ngayah baik dari anak anak pasraman dan bapak dan ibu umat Hindu khususnya umat di Sidoarjo.
“Serangkaian lomba juga diadakan untuk mendukung semaraknya piodalan tahun ini, lomba kidung, geguntangan, maupun utsawa dharma gita yg diikuti masing masing sektor di banjar sidoarjo,” terang Made Jiwa Pastika.
Dari pantauan dilokasi, Upacara piodalan di Pura JSA ini dipimpin oleh pinandita Ida Pedanda Gede Anom Jalakarana Manuaba dari Pura Segara Kenjeran Surabaya. Selanjutnya rangkaian upacara piodalan pun ditutup dengan persembahyangan bersama ribuan umat Hindu yg hadir. (Red)