Penakhatulistiwa.com, Sidoarjo – Tak kunjung usai, pekerjaan proyek peningkatan jalan Tanggulangin-Kludan Kabupaten Sidoarjo terlihat amburadul. Bahkan, saat dikonfirmasi terkait masalah pekerja dan pemenang, dua orang pekerja proyek marah-marah terkesan menantang terhadap wartawan.
“Kerjaanku, Kenapa,” ucap wartawan menirukan bentakannya.
Selain itu, saat disinggung perihal mengenai siapa pemenang lelang, pekerja tersebut hanya bungkam. Padahal, dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan barang dan Jasa Pemerintah sudah tercantum jelas. Bahwa dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah harus terbuka, agar penggunaan anggaran dari APBD bisa terserap tepat sasaran.
Terpisah, sebagai camat tanggulangin, Didik Widyoko mengatakan, meminta agar pelaksanaan pekerjaan proyek peningkatan jalan bisa cepat selesai. “Khususnya warga Desa Kludan dan sekitarnya berharap agar pelaksanaan kegiatan peninggian jalan bisa cepat selesai dan tidak molor. Dan kalau bisa akses jalan dibuka agar kendaraan kecil bisa lewat,” Ujarnya.
Penghasilan Sentral Pengrajin Kulit Merosot Drastis
Selain tidak transparan dan belum selesai dalam pengerjaan, proyek peningkatan jalan juga berdampak pada pemilik toko di sentral pengrajin kulit Tanggulangin. Pasalnya, merosotnya omset pelaku usaha di daerah tersebut akibat akses jalan yang tidak bisa dilalui pelanggan. Bahkan Proyek dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) juga mendapat sorotan dari warga sekitar.
Salah satu pemilik toko Permata Tanggulangin Collection, H. Nuryono mengatakan, kecewa berat terhadap pelaksanaan proyek yang tidak kunjung selesai. Karena dampaknya bagi para pengusaha sekitar. Akibat akses jalan tertutup, tamu jarang bisa masuk. Memang terkadang jalan di buka tapi hanya separuh jalan. Dan terkadang bisa masuk tapi jarang.
Menurutnya, padahal perjanjian pada waktu rapat di PUPR yang dihadiri oleh pak camat sendiri dan saya juga selaku pemilik toko Permata, ada kepolisian saat rapat dipimpin oleh pak Yudi dari dinas PUPR tidak berdampak pada penghasilan pelaku usaha di wilayah tersebut.
“Pada waktu itu pihak proyek bersedia memberikan sarana jalan. Terburuknya itu separuh jalan dipakai. Jadi tidak satu haripun bus tidak bisa masuk. Namun kenyataan yang ada saat ini proyek seolah-olah memiliki jalan sendiri, dipakai sendiri hanya untuk proyek,” jelasnya pada wartawan, Kamis (13/12).
Selain itu, Kata H. Nuryono, pihak kontraktor seakan-akan menutup mata dan sengaja. Karena sisa-sisa material ditempatkan di akses jalan agar tidak bisa di lalui pengguna jalan. “Saya sudah memperingatkan berulang kali pada waktu itu kepada pak Iwan, jangan seperti itu karena jalurnya ini jalur ekonomi. Permasalahannya kita mengundang jauh-jauh bus untuk datang, tapi tidak bisa masuk. Dan masih banyak pemilik toko lainnya yang lebih kecewa karena tidak ada tamu akibat jalan ditutup,” ucap Abah Nur sapaan akrabnya.
Adapun, dampak dari pekerjaan proyek, Abah Nur menegaskan, Hal itu membuat aktifitas terutama pelaku usaha (toko) sentra tas kulit Kludan dan sekitarnya mati total dan penurunan omset dan bahkan merugi. Dari total omset keseluruhan sirkulasi perputaran uang di sentra tersebut bisa mencapai ratusan juta rupiah hilang.
“Saya sendiri omset menurun sangat drastis. Penurunan hingga 75%, ditambah penumpukan dan kelebihan stok barang,” cetusnya. (21k)