Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

Miris !!! Tak Bisa Ambil Ijazah, Orang Tua ini Berniat Donor Mata

Pena Khatulistiwa, Cirebon – Miris, lantaran persoalan ekonomi yang membelit keluarganya membuat TF warga Blok Kecik RT 01 RW 01 Desa Bojong Wetan, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, yang baru lulus dari SMK PGRI 1 Palimanan Kabupaten Cirebon sejak 2016 lalu membuatnya dilema.

Pasalnya diduga Ijazahnya masih tertahan lantaran belum membayar aneka tunggakan sekolah Rp 500 ribu rupiah.

Related Posts
1 of 524

Untuk itu, sebagai orang tua, Sri Rezeki berniat mengambil ijazah milik putrinya dengan memakai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), Selasa (22/1/2019).

Hal tersebut dikemukakan oleh orang tuanya, Sri Rezeki menuturkan, karena faktor ekonomilah yang membuat ijazah putrinya sampai saat ini masih berada di sekolah tersebut. “Lagi saat bayar cicilan pengambilan ijazah, saya sampai hutang ke bank sebesar 1 juta rupiah,” kata dia dengan nada rendah.

“Insyaallah jika cair lagi dari bank, nanti saya lunasin 500 ribu lebih lagi,” imbuhnya.

Ia berharap agar kedepannya ijazah putrinya dapat diambil dari sekolah tersebut. “Saya tidak mampu, suami saya tukang ojek. Kalau cuaca hujan begini sering tidak dapat uang,” tutur Sri sambil menceritakan kisah pilunya.

Hal yang sama juga dirasakan FA warga Blok Kecik RT 01 RW 01 Desa Bojong Wetan, Kecamatan Jamblang. Lantaran faktor ekonomi keluarganya membuat ijazahnya masih berada di sekolah tersebut.

Pasalnya diduga Ijazahnya masih tertahan oleh pihak sekolah lantaran belum membayar aneka tunggakan sebesar Rp 4 juta rupiah.

Untuk itu, lantaran faktor ekonomi membuat Zaenal Arifin sebagai orang tua berniat mendonorkan matanya untuk menebus ijazah putrinya.

Hal itu juga dikemukakan juga oleh orang tuanya, Zaenal Arifin. Bahwa terkait ijazah putrinya ditahan dari 2 tahun lalu hingga sampai saat ini. “Memang dalam proses awal sekolah dan lain sebagainya, kita mempunyai kewajiban untuk membayar,” kata dia saat dikonfirmasi, Selasa siang (22/1/2019).

Dirinya menceritakan, karena faktor ekonomilah dia hanya mampu separuh membayar administrasi tersebut.

“Sampai saat sekarang, ketika ia (FA) lulusan. Kalau mau ujian kelulusan tidak membayar untuk mengambil kartu ujian ataupun SPP 1 Bulan tidak mungkin keluar kartu ujiannya,” terang dia saat menceritakan hal tersebut.

Menurutnya, bahwa semua itu wali murid harus melunasi semuanya. “Tunggakan-tunggakan yang ada,” ujar dia.

Dia pun mengakui lantaran faktor ekonomilah yang membuat hal itu terjadi bahkan. “Sampai saat ini saya belum memiliki rumah, sampai keluarga saya rusak,” kata dia saat menceritakan kisah pilunya dihadapan media Awas Pena Khatulistiwa.

Ia menambahkan, hingga sampai saat ini dirinya belum menyambangi sekolah tersebut. “Karena dari pihak sekolah belum ada konfirmasi artinya ketika ijazah itu, menurut saya sebagai masyarakat. Ketika ijazah itu tidak dikeluarkan satu tahun, minimalnya orang tuanya dihimbau untuk dikonfirmasi dulu seperti apa,” katanya.

Baginya jika ada surat panggilan dari pihak sekolah tersebut, dirinya bersedia untuk diminta klarifikasi. “Dengan pihak sekolah seperti itu apa,” tuturnya.

Dirinya menjelaskan terkait kekurangan administrasi di sekolah tersebut sekitar 4 juta lebih. “Menurut catatan disana (sekolah) artinya bahwa informasi yang disampaikan anak saya itu 4 juta sekian,” terangnya.

“Kurang lebih satu bulan yang lalu, anak saya datang ke sekolah tersebut. Jadi yang disampaikan itu, untuk melunasi tunggakan, yang kedua anak saya memang dikasih tanda lulus waktu kerja dan kalau bisa membayar separuhnya itu, akan dikasih foto copy ijazah untuk melamar kerja tapi yang asli tetap ditahan,” sambungnya.

Ia berharap agar ijazah putrinya segera diambil. “Tapi apa daya keadaan latar belakang keluarga saya demikian. Mau saya jual mata,” katanya dengan nada rendah.

“Saya minta dibantu, kalau saya berangkat untuk beli bensin saja tidak punya dan terkadang saya bekerja serabutan membawa uang saku 2 ribu perak,” imbuhnya.

Ditempat terpisah, Wakasek Bidang Humas Kardi menjelaskan terkait hal itu, hanya bagian Tata Usaha (TU) yang lebih mengenal secara detail. “Cuma saya simpulkan anak tersebut sudah cap tiga jari belum,” katanya saat dikonfirmasi awak media Pena Khatulistiwa, Selasa siang (22/1/2019).

Dia pun kembali menjelaskan, jika anak tersebut sudah melakukan cap tiga jari maka terkait hal itu berhubungan dengan Kepala Sekolah. “Pimpinan disinakan Kepala Sekolah, jangan-jangan posisinya masih dibawah antara TU dengan siswa,” katanya.

“Punten saya sendiri tidak tahu, Kepala Sekolah pun tidak tahu,” sambungnya.

Pihaknya akan membantu terkait permasalahan ekonomi orang tua siswa tersebut. “Tinggal begini saja, orang tuanya hubungin Kepala Sekolah yang mempunyai kewenangan,” jelasnya.

“Nanti ujung-ujungnya minta kebijakan, kalau saya tidak bisa karena saya hanya sebagai pelaksana. Saya hanya menanyakan kembali anak itu sudah cap tiga jari belum,” imbuhnya.

Diapun kembali menjelaskan, jika anak tersebut sudah melakukan cap tiga jari maka ijazahnya akan dikembalikan.

“Intinya begitu saja, anak dengan orang tuanya kesini (sekolah). Sebenarnya kalau masalah tunggakan, misalnya hubungin saya nanti kita hubungkan orang tua murid dan anaknya menghadap sendiri,” jelasnya.

“Kan nanti Kepala Sekolah akan bertanya sudah cap tiga jari belum? Dan kalau sudah maka diberikan ijazahnya,” tutupnya. (MU)

READ  Hendak Kabur, Kaki Berandal Majalengka Ditembus Peluru Polisi

Leave A Reply

Your email address will not be published.