Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

Senjata Petarung Melayu 'Beladau'

Penakhatulistiwa.com – Salah satu senjata tradisional dari Riau yaitu Beladau yang berbentuk kecil seperti belati, namun sangat unik karena tampilannya melengkung. Tentu saja senjata ini dipergunakan untuk pertarungan jarak dekat ketika lawan sudah berada di depan mata sekitar 1 meter. Senjata ini ada yang memiliki ketajaman satu sisi dan juga tajam 2 sisi dengan bentuk yang semakin ke ujung semakin melengkung.
Pada dasarnya, senjata tradisional ini juga digunakan untuk berburu ataupun berjaga-jaga ketika di hutan ataupun bepergian karena cara melepas dari sarungnya bisa lebih cepat. Tentu saja senjata Beladau juga lebih praktis dan mudah dibawa karena bentuknya yang kecil sehingga bisa diselipkan dimana saja pada bagian tubuh manusia. Intinya adalah bahwa Beladau merupakan senjata rahasia dan akan dikeluarkan ketika memang keadaan membutuhkannya.
Masyarkat Riau sebagian besar menguasai ilmu silat yang tinggi sehingga senjata tradisional ini hanya digunakan jika lawan sudah tidak bisa dikalahkan dengan tangan kosong. Hal ini karena kawasan Riau di masa lalu lebih banyak terdiri dari hutan belantara sehingga perlu memiliki banyak senjata untuk berjaga-jaga karena sering ada binatang buas yang bisa menyerang.
Bahan Beladau terbuat dari baja berkualitas tinggi sehingga bisa menghasilkan senjata yang sangat tajam yang awet dan tidak berkarat. Proses pembuatan Beladau tentunya dengan pemilihan berbagai jenis baja yang dicampur sehingga menghasilkan sebuah senjata yang memiliki tingkat ketajaman yang tinggi serta tidak mudah aus meskipun sering bersentuhan dengan benda-benda keras.
Namun terdapat banyak perbedaan antara Beladau yang memiliki satu sisi ketajaman dan 2 sisi ketajaman, baik dari bahan baja yang digunakan serta sarung dan gagangnya. Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor kebudayaan serta masyarakat yang pertama kali membuat kedua jenis senjata tradisional Beladau tersebut.

Pada Beladau yang memiliki satu sisi bagian yang tajam. Memang warna dasar bajanya lebih jernih dan halus dengan bentuk pisau yang menyerupai huruf L. Sisi yang tajam berada di sebelah dalam sehingga lebih cocok digunakan sebagai senjata untuk menggorok ataupun menyabet dengan penggunaan terbalik. Bentuk bilahnya memang menyerupai Tajen, namun satu sisi yang tajam dan lebih mudah jika penggunaannya jika melakukan serangan dari arah bawah. Konstruksi bilahnya semakin kedalam semakin tipis dan tajam.
Untuk gagangnya terbuat dari gading yang dihiasi dengan berbagai ukiran dan untuk menambah keindahannya. Pada ujung gagang terkadang lubang. Lubang digunakan untuk memasukkan jari agar pegangannya bisa sangat kuat sehingga tidak mudah terlepas serta bisa memutarnya.
Sedangkan sarungnya juga dibuat dari gading yang sama dengan gagang yang disertai dengan ukir-ukir dan membuat tampilannya lebih cantik. Panjang keseluruhannya sekitar 25 cm dari ujung bilah yang tajam sampai ujung gagang.
Sementara pada Beladau yang memiliki 2 sisi yang tajam memang bentuk bilahnya lebih kasar dan berwarna agak kehitaman. Bilahnya memiliki ketebalan di tengah dan semakin ke sisi semakin tipis serta tajam. Pada bagian ujungnya melengkung serta runcing. Beladau 2 sisi memang serbaguna dan bisa digunakan untuk berbagai keperluan, baik untuk menyayat maupun mengiris serta menusuk. Pada gagang dan sarungnya terbuat dari gading kerbau yang berwarna hitam sehingga terlihat sangat matching.
Bentuknya yang membengkok menyerupai belati dari timur tengah pada abad 15. Kemungkinan banyak dipengaruhi oleh banyaknya orang-orang dari dinasti Ottoman yang datang ke tanah Riau pada masa itu. Hal ini karena terdapat kesamaan dari bentuknya, antara Beladau dan belati milik Sultan Muhammad Al Fateh pada era Konstantinopel. (PPDSM)

READ  Dampak Virus Covid 19, Pewarta Sidoarjo Peduli Masyarakat

Leave A Reply

Your email address will not be published.