Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

Politik Islam ala Nahdlatul Ulama

Oleh : Ani Sulastrie (Relawan La Nyalla Academia)

Penakhatulistiwa.com – Disadari atau tidak, pilpres kali ini adalah pertarungan politik identitas yang sengaja diusung untuk sebuah syahwat kekuasaan.
Ibarat sepakbola kedua belah team menunjuk manager dan choach yang handal serta tak lupa pemain-pemain dengan skill tinggi.

Related Posts
1 of 521

Penulis coba mengulas dari sisi pandangan awam sebagai referensi para pemilih gamang atau lazim disebut galau politik. Adalah organisasi keagamaan tertua di negeri ini yang sudah malang melintang di dunia persilatan perpolitikan Indonesia.

Dari sekedar jadi ormas daun salam (menyitir nasehat KH. Ma’ruf Amin) yang artinya dibutuhkan saat memasak dan dibuang saat matang sampai sekarang menjadi ormas yang sangat dipercaya untuk turut serta mengelolah negeri ini.
Ya ormas tersebut adalah NU the fenomenal organitation in the world.

Lihat saja sepak terjangnya di kanca politik saat ini. Generasi-generasi muda NU saling berambisi untuk menunjukkan siapa yang layak menjadi pemimpin.

Sebut saja Gus Rommy (PPP) dan Cak Imin (PKB) yg begitu getol membangun image para konstituen NU bahwa tokoh sentral yg patut di idolakan adalah mereka, atau Gus Yaghut dengan Bansernya tak segan membuka pintu konfrontasi dengan ormas Islam lain yang disinyalir terlalu ke arab-arab an.

Menurut pandangan awam Banser tidak sedang mencari gara-gara agar timbul bentrok massal namun Banser mengingatkan NU punya pasukan yang loyalitasnya tinggi pada pimpinan/kyai nya.

Mengaca pada hal tersebut di atas maka ketika pilpres akan digelar tersebutlah wacana pemilihan wakil presiden yang harus mendampingi petahana. Dengan tegas pimpinan NU memberi garis bawah Jika cawapres bukan dari NU maka NU tdk akan CANGCUT TALIWONDO (habis-habisan berjuang) dan tidak ikut menanggung segala resiko pilpres.

Rupanya hal tersebut membuat keder banyak partai pengusung petahana yang akhirnya pada detik-detik terakhir ditunjuklah KH. Ma’ruf Amin untuk mendampingi Joko Widodo untuk maju pada pertarungan sengit melawan kubu Prabowo Sandi yang di usung oleh sebuah hasil ijtimah ulama dan proses yg berbelit belit.

Lalu bagaimana dengan politikus muda NU lain yang sdh di persiapkan sejak awal untuk maju sebagai pemimpin negeri ini ?

Inilah indahnya politik Islam ala NU, bukannya meradang atau melakukan pembelotan namun mereka dengan full energi samikna wa atokna memperjuangkan goal execution untuk kemenangan sang kyai.

Inilah pembelajaran politik Islam sebenarnya, mencari seorang pemimpin itu dari awal sudah masuk kriterianya bukan melalui ijtimahnya yang berkesan dipaksakan.

Ini hanya pandangan awam yang tidak mengerti tentang hal-hal detail dalam soal Islam namun secara gamblang tanpa diperdebatkan matahati dan akal akan melihat adegan-adegan politik yang disajikan dalam drama pilpres kali ini.

Sinetron dengan episod Mencari Pemimpin Indonesia sudah tergelar, para pemilih disuguhkan menu politik ala Islam dan bagi saya juaranya adalah NU .

Selamat anda layak dapat bintang

READ  Penutupan Operasi Mantap Brata, Polres Pelabuhan Tanjung Perak Gelar Tasyakuran

Leave A Reply

Your email address will not be published.