Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

SINOMAN (GOTONG ROYONG ALA SURABAYA)

Penakhatulistiwa.com – Sinoman merupakan kegiatan sosial dalam bentuk kerja bersama (bergotong royong) untuk membantu sesama atau untuk kepentingan bersama yang tujuannya adalah membina dan meningkatkan kerukunan. Semboyannya “Rukun Anggawe Santoso” yaitu rukun menumbuhkan kesentosaan dan kekuatan.

Sinoman di Surabaya mempunyai akselerasi untuk berkembang cepat. Sinoman di kota ini merupakan ruh yang mempersatukan kesamaan asal, kesamaan nasib dan kesamaan iman antar urbanis. Dalam Sinoman mereka bisa menyatukan dan mengekspresikan diri secara bebas, sebab Sinoman merupakan wadah untuk berhimpun sekaligus sebagai sarana untuk melakukan perlawanan bila dibutuhkan.

Related Posts
1 of 519

Dalam sejarahnya seperti yang ditulis oleh Cak Roeslan Abdulgani, Sinoman telah berkembang di Surabaya mewadahi masyarakat di dilevel paling bawah yang asal mulanya berasal dari desa-desa di jaman kuno. Karena masyarakat kota berbeda dengan masyarakat desa (pertanian) maka masyarakat kota berorientasi pada pertukangan, perdagangan dan perburuhan. Di tahun 1920-an, Sinoman telah banyak membantu masyarakat yang membutuhkan seperti membantu warga yang sedang tertimpa musibah kematian atau punya hajat, sunat, perkawinan dan bantuan untuk menjaga keamanan

Untuk menjaga keamanan, maka ditiap pintu gerbang (gapura) kampung ada gardu berisi kentongan dan “Congkok” yaitu kayu bercabang, alat untuk menangkap maling yang masuk ke kampung. Di saat Pemerintah Gemeente (Kotapraja) melakukan penekanan terhadap pribumi melalui pajak, Sinoman Surabaya mulai melakukan aksi. Di kampung-kampung dibentuk raad sinoman (Pusat Dewan Sinoman) dengan organisasi sinoman ini tekanan-tekanan terhadap rakyat dapat diantisipasi sebelumnya.

Pada tahun 1930-an, sewaktu gerakan usaha koperasi muncul, maka Sinoman pun turut bergerak dalam mendirikan koperasi konsumsi dan koperasi kredit yang menjual kebutuhan sehari-hari dan membantu pengusaha kecil dengan kredit yang rendah. Sinoman-sinoman dari berbagai kampung yang berdekatan mengadakan Raad Sinoman yang jumlahnya kurang lebih 20 Raad Sinoman, membentuk Sentral Raad Sinoman di seluruh kota Surabaya.

Di jaman pendudukan Jepang, Sinoman dipaksa untuk membantu Jepang dalam usaha peperangannya. Sekalipun dipaksa menjadi “Tonarigumi” yaitu Rukun Tetangga, namun jiwa membela rakyat kecil terhadap penindasan Jepang diteruskan dan dikobar-kobarkan. Di jaman Jepang ini Sinoman dapat membuat pos-pos pemadam kebakaran terhadap bom-bom yang jatuh serta juga dapat mengadakan pembagian yang merata dari barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti beras, garam, gula dan lain-lain.

Pada Jaman Kemerdekaan dan saat meletusnya pertempuran Surabaya, Sinoman berjasa mendirikan pos-pos pertolongan korban pertempuran dan dapur umum untuk pemuda dan rakyat yang bertempur. Tanpa sumbangsih Sinoman yang penuh pengorbanan dan resiko ini, tidak mungkin kota Surabaya bertahan selama 3 minggu menghadapi serangan 30.000 tentara Inggris dengan senjata lengkap dan modern.

Berkat Sinoman yang berkembang fungsinya sebagai benteng masyarakat kampung di Surabaya, serta Sinoman mempunyai kekuatan yang sulit ditembus oleh kekuatan-kekuatan lain seperti pamong praja maupun penguasa Belanda. Dalam kondisi darurat, Sinoman menjadi penggerak untuk melakukan keras dan bebas. Sinoman mendidik warganya untuk bertindak berani melawan kekuatan manapun yang mengganggu eksistensi mereka. Sinoman adalah bagian dari perjuangan gerilya masyarakat Surabaya.

Lagu Sinoman :

Si-NOM-an
Muda dan Segar dalam Jiwanya
Muda dan Tegar dalam semangatnya
Muda dan Berani dalam perjuangannya
Untuk Rakyat Bangsa dan Negara
(Roeslan Abdulgani)

Foto: ilustrasi karya fotografer H. Salzwedel (Sur/SHC)

READ  Pecinta Ulama, La Nyalla Sambut KH. Ma'ruf Amin di Ponpes Bumi Sholawat

Leave A Reply

Your email address will not be published.