Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

CARA EDUKATIF IBU – IBU PROFESIONAL KENALKAN SEJARAH SEJAK DINI

Penakhatulistiwa.com – Bagi kebanyakan orang hari Minggu merupakan hari libur dan bersantai, atau waktu yang tepat untuk berkumpul dengan keluarga. Namun bagi puluhan adik-adik usia sekolah dasar putra putri komunitas Ibu-ibu Profesional (IIP) merupakan hari yang mengasyikkan untuk belajar. Bagi mereka belajar tak harus dibangku sekolah saja, tetapi juga bisa dilakukan diluar ruangan dengan cara yang menyenangkan.

Seperti yang mereka lakukan pada hari Minggu pagi bersama komunitas Surabaya Historical (31/03). Dimulai pada pukul delapan pagi mereka susuri tempat-tempat bersejarah di kota Surabaya. Titik pertama yang mereka kunjungi adalah Jembatan Merah. Akhir Oktober 1945 terjadi pertempuran di tempat ini antara Arek-arek Suroboyo dengan tentara Inggris, yang mengakibatkan jatuh korban dari kedua belah pihak. Akibat peristiwa itu Jembatan Merah menjadi tempat yang ikonik dan wajib dikunjungi.

Related Posts
1 of 483

Setelah dari Jembatan Merah kemudian bergeser ke barat, tepatnya di Taman Sejarah. Di taman yang kini ramai menjadi tempat berselfie ria tersebut ternyata merekam sebuah peristiwa bersejarah. Di tempat inilah salah satu pemimpin tentara Inggris bernama Brigjen A.W.S Mallaby tewas. Meski hari beranjak siang adik-adik dari Komunitas IIP sangat antusias mengikuti napak tilas sejarah tanpa merasakan panasnya sinar matahari. Tampak tingkah lucu dan senyum ceria menghiasi raut wajah mereka.

Dari Taman Sejarah napak tilas dilanjutkan ke Gedung Internasio, yang tak jauh dari Jembatan Merah dan pusat perbelanjaan di kota Surabaya. Di muka gedung yang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya ini, tim dari Surabaya Historical menjelaskan bahwa pasukan Inggris yang bermarkas di Gedung Internasio nyaris habis diserbu oleh Arek-arek Suroboyo pada pertempuran fase pertama, hingga akhirnya terjadi gencatan senjata.

Selain mengunjungi tempat-tempat bersejarah, komunitas Surabaya Historical kerap memberi hadiah kepada adik-adik peserta napak tilas dengan mengadakan kuis seputar tempat yang mereka kunjungi. Hal tersebut dilakukan supaya belajar dan bermain ini menjadi lebih seru, serta anak-anak lebih mudah mengingat materi sejarah yang dijelaskan oleh sang pemandu. Alhasil kegiatan diluar ruangan itu menjadi pemompa semangat bagi adik-adik untuk mengenal lebih dalam sejarah bangsanya.

“Aku sangat senang sekali karena bisa mengetahui tiap sejarah di tempat yang aku kunjungi tadi” ujar Wildan salah satu peserta cilik dari Komunitas IIP.

Setelah dari Gedung Internasio napak tilas sejarah yang seru ini dilanjutkan ke Museum Hidup Polisi, Museum 10 Nopember, Museum Hoofbestur NU, Monumen Juang Alun-alun Contong, Tugu Lutfi hingga ke Museum Surabaya di Jalan Tunjungan. Harapan dari napak tilas ini adalah menambah nilai edukatif bagi anak-anak dan menanamkan spirit patriotisme sejak dini, seperti kalimat bijak yang kerap diucapkan Bung Karno dalam tiap pidatonya “Jas Merah” Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Wan/TS

READ  Erick Thohir Akan Merombak Direksi KAI Persero

Leave A Reply

Your email address will not be published.