Penakhatulistiwa.com – Pakar lingkungan Prof Dr Suparto Wijoyo menyebut masyarakat saat ini kebanyakan bersikap temperamen, mudah tersinggung, mudah marah dan lain sebagainya. Jika diperiksa secara medis pasti ada yang terganggu, itu karena ada gangguan kesehatan akibat limbah berbahaya seperti logam berat, timbal, seng dan sebagainya.
Suparto juga menyebut, hasil riset yang dilakukan terungkap bahwa banyak kaum ibu, khususnya di Surabaya yang tercemari limbah berbahaya. Yakni sampai di angka 543 Mg / liter atau 100 kali lebih tinggi dari standar WHO.
“Hasil riset saya, 67 persen ibu-ibu di Surabaya tidak bisa orgasme, tidak sensitif meski suami telah ‘bergerilya’ tidak ada reaksi, loyo, ada apa ini?,” urai Profesor Suparto di acara Silaturahmi dan Buka Puasa Bersama Anggota dan Mitra Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (IPERINDO) Jatim, di sebuah hotel di Surabaya, Senin (27/5/2019).
Suparto menambahkan, tingkat kecerdasan dan prestasi pelajar di Surabaya, baik tingkat SD, SMP, SMA/SMK sepuluh terakhir juga terus menurun.
“Itu bisa dilihat dari nilai ujian ‘Naas’ (sebutan plesetan ujian Unas) yang kita pantau 10 tahun terakhir terus menurun, tidak pernah ada prestasi,” kata pakar lingkungan asal Lamongan itu.
Itu juga pengaruh pencemaran, gangguan kandungan logam berat, timbal dan lainnya.
Misalnya, di rumah-rumah masih banyak kita jumpai atau menaruh oli bekas sembarangan, itu juga limbah. Atau memanasi kendaraan di rumah.
“Itu terjadi setiap hari, jadi bisa kita bayangkan berapa ribu sel otak (kita) yang mati karena emisi?,” ucap Suparto dengan nada tanya.
Sementara, Ketua IPERINDO Jatim, Momon Hermono menyampaikan keluhannya, kalau pengusaha galangan kapal saat ini tengah mengalami kesulitan pembuangan limbah.
“Karena tidak ada tempat penampungan dan pengolahan, kami sangat kesulitan, ini akan mengganggu keberlangsungan perusahaan kami dan semua rekan-rekan di IPERINDO,” kata Momon.
Ditambahkan, lokasi tempat pembuangan sebelumnya yakni di semen Gresik, sudah tiga bulan ini dihentikan, tidak lagi menerima limbah. Red