Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

Surat Bersejarah dan Polemik Kesultanan Cirebon

Penakhatulistiwa, (Prof Tendy) – Polemik ihwal Kesultanan Cirebon masih saja membara hingga saat ini. Klaim, pernyataan dan pengakuan masih saja terdengar beterbangan di media massa. Sejumlah pihak seperti pupuhuadat, kelompok bangsawan, para ulama, hingga masyarakat Cirebon sendiri, turut meramaikan polemik yang telah diperbincangkan selama beberapa waktu belakangan ini.

Kita semua tahu, inti persoalan ini adalah sejarah atau masa lalu dari kesultanan itu sendiri. Di dalamnya berkisar tentang kekuasaan yang diperebutkan dan menghadapkan pihak-pihak yang merasa memiliki hak atas tahta yang ketika itu sangat penting karena berkaitan dengan keberlanjutan kuasa atas keraton dan rakyatnya. Ketika tengah berkuasa, seluruh dunia seolah ada di dalam genggamannya.

Related Posts
1 of 47

Karena sejarah kelam itu sudah lama terjadi, sekitar ratusan tahun yang lalu, maka kita tidak bisa mengetahui alur peristiwanya dengan jelas. Jangankan untuk menjangkau kejadian yang terjadi selama puluhan dan ratusan tahun yang lalu, untuk mengingat dengan jelas seluruh peristiwa yang kemarin dijalani saja kita belum tentu bisa melakukannya. Kita bisa sama-sama praktikkan kesulitan itu sekarang.

Oleh sebab itu, untuk mengakses masa lalu, diperlukan metodologi yang memang dapat dipergunakan untuk mendalami sejarah. Dalam kajian akademis dan ilmiah, metodologi yang digunakan oleh para ahli untuk mempelajari sejarah itu adalah metodologi sejarah. Salah satu tahapan penting dari metode sejarah adalah heuristik, yaitu penelusuran sumber-sumber yang berkaitan dengan peristiwa.

Untuk sumber-sumber sejarah yang dimaksud, bisa dikelompokkan ke dalam sumber primer dan sekunder. Sumber primer berisi tentang data yang memang berasal dari zaman atau masa dimana peristiwa sejarah itu terjadi, sedangkan sumber sekunder merupakan sumber yang berisi data tambahan yang umumnya berasal dari periode waktu setelahnya. Dengan demikian, kita tahu mana sumber yang otentik dan mana yang merupakan sumber tambahan semata.

Di antara sekian sumber primer yang pernah saya baca terkait polemik kesultanan itu adalah surat-surat yang pernah dikirimkan dan diterima oleh sultan-sultan Cirebon. Surat-surat itu adalah bukti otentik karena berasal dari zaman dimana peristiwa itu terjadi, bahkan mungkin pernah dipegang dan dibaca oleh pelaku sejarahnya sendiri. Surat menjadi media penting dalam berkomunikasi di masa lalu, karenanya surat di masa itu sangat identik pelbagai macam kejadian politik.

Di samping lembaga-lembaga asing seperti Nationaal Archief (Belanda), dan British Library (Inggris), Arsip Nasional Republik Indonesia juga turut menyimpan beberapa surat diplomatik yang berhubungan dengan Cirebon. Surat-surat itu ada dalam ”bundel” yang diberi judul ”Arsip Gubernur-Jenderal dan Dewan Hindia (Pemerintah Agung) pada VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) dan para pejabat penerusnya, 1612-1812” di Gedung Arsip Nasional.

Nah, untuk mengkaji akar permasalahan polemik kesultanan yang saat ini terjadi, baiknya pihak-pihak yang memiliki kepentingan, dapat mengkaji surat-surat tersebut. Bagaimanapun, surat-surat itu dapat menjadi penguat klaim dan cerita sejarah yang dimiliki, bahkan mungkin dapat menjadi bukti ketika persoalan ini berakhir hingga ke meja pengadilan. Tidak ada salahnya untuk mencoba, kan? Sumber-sumbernya sendiri bisa dicari di Arsip Nasional.

Terlampir adalah salah satu surat yang pernah saya baca dan berasal dari Cirebon:

Punika sěrat tulus sarta iklas kang miyos saking manah kang langkung pělěk saking kaula, Kangjěng Sultan Sěpuh kalayan Kangjěng Sultan Anom, kang alinggih ing Nagari Carbon. Katur dhatěng Kangjěng Tuwan Mistěr Raffles Esquire, kang gantos Tuwan Jéndral Banggala, kang atas kawasa maréntah ing nagari atas angin miwah ing nagari bawah angin, kang alinggih ing nagari Kota Malaka. Kang muga-muga Tuwan Alla(h) maringan umur panjang, dhadhos apangauban kaula ing dhalěm dunya puniki.

READ  Tak Terselamatkan, Tempat Sejarah Benteng Kedung Cowek Beralih Tangan ke Pihak Swasta

Leave A Reply

Your email address will not be published.