Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

Eks Anggota Jemaah Al Islamiyah Ini Sampaikan Pesan Positif dari Mentor Di Afganistan

“Kembalilah ke Negeri masing-masing untuk berdakwah, Bukan untuk berperang”

JAKARTA – Akhir-akhir ini, kelompok Jamaah Al-Islamiyah (JI) menjadi perbincangan hangat oleh netizen di Indonesia. Beredar rumor bahwa pasca kemenangan Taliban atas Afganistan berdampak buruk terhadap keamanan dalam negeri.
Beberapa dari mereka mengaitkan dengan kemenangan Taliban atas Afganistan, berbagai spekulasi muncul di tengah masyarakat Indonesia. Diantaranya, banyak yang khawatir akan terjadi perjuangan serupa di dalam negeri yang akan berimbas kepada terganggunya stabilitas keamanan dan kekacauan dimana-mana.
Spekulasi itu ternyata bertolak belakang dengan apa yang lagi hangat diperbincangkan saat ini. Ahmad Farikhin, yang merupakan tokoh alumni Jamaah Al Islamiyah angkatan 87 mengaku banyak pesan positif yang perlu diketahui masyarakat luas.
Pria yang pernah mengikuti pelatihan militer di Afghanistan selama tiga tahun ini mengatakan, satu pesan yang tidak bisa ia lupakan adalah mereka dititipkan agar kembali ke negara masing-masing untuk berdakwah, bukan untuk berperang melawan pemerintahan yang sah.
Ketua Forum Komunikasi Alumni Afganistan Indonesia (FKAAI) ini mengakui, jika beberapa rekannya ada yang bergabung dengan ormas islam dan aktif mengkritik pemerintah. Hanya saja, gerakan itu tidak ada hubungannya dengan Jemaah Islamiyah.
“Saya menyadari bahwa beberapa rekan kita banyak yang bergabung dalam beberapa ormas islam dan dikenal sebagai sosok yang vokal dalam mengkritisi kebijakan pemerintah. Namun saya menolak jika gerakan tersebut dikaitkan dengan Alumni JI. Sejatinya JI sempat menunjukkan eksistensinya pada saat peristiwa Ambon dan Poso dan saya menolak keras jika JI dikaitkan dengan Peristiwa Bom Bali,” kata Ahmad Farikhin dalam perbincangannya dengan halosumatera.com.
Menurutnya, pelaku bom bali telah melibatkan orang – orang yang justru bukan orang JI asli, seperti hadirnya sosok Nurdin M Top dan Dr Azhari serta Imam samudera cs. Menurutnya, JI telah mengalami perpecahan saat menerima fatwa untuk memerangi Amerika dan sekutunya. Ia meyakini bahwa peperangan itu seharusnya dilakukan di Afganistan dan bukan di indonesia.
Meski ia mengakui bahwa dirinya terpilih untuk ikut bergabung dengan kelompok JI karena trah keturunan Daulah Islamiyah (DI) namun kini ia menyadari bahwa hidup berdampingan dengan damai adalah cara terbaik untuk menikmati hidup.
“Hiruk pikuk politik, gemuruh ibu Kota hanyalah dinamika dalam bernegara meskipun umat muslim harus meyakini bahwa pada akhir Zaman hanya akan ada 2 pilihan berada di barisan Imam Mahdi atau Dajjal. Namun pertanyaaan mendasarnya adalah apakah saat ini sudah terlihat imam mahdi dan Dajjal ?,” tuturnya.
Ia menghimbau kepada seluruh ikwan alumnii Afganistan agar mampu berfikir secara logis dan realistis perihal cara beribadah kepada Allah SWT. (*/adr)

Related Posts
1 of 258

Leave A Reply

Your email address will not be published.