Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

Langka, Anak Muda Jember Pamerkan Produk Kreatif dari Mantra dan Dongeng

JEMBER – Tradisi lisan Nusantara seperti mantra dan dongeng menjadi hal langka pada zaman modern. Namun, anak muda di Jember, Jawa Timur berhasil menyelenggarakan pameran karya tradisi lisan.

“Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan tradisi lisan yang hidup dan berkembang di Nusantara melalui cara yang kekinian dan kreatif. Misalnya produk yang kami ciptakan berbasis pada tradisi lisan Nusantara seperti dongeng, pantun, mantra, cerita rakyat atau tradisi lisan lainnya,” ujar ketua panitia Gebyar Pameran Karya Tradisi Lisan (GEMA KRISNA) Alfina Oktavianti di Taman Edukasi Kebangsaan Kampus Tegalboto Universitas Jember, Sabtu (17/6/2023).

Related Posts
1 of 3

Kegiatan ini, menurut Alfina, mengintegrasikan nilai sejarah dan kearifan lokal dari berbagai daerah di nusantara yang dikreasikan ke dalam wujud berbagai karya inovatif.

Berbagai produk dipajang di meja-meja yang hari itu seperti dipenuh atmosfer sejarah, yang mengangkat tradisi-tradisi lokal daerah di Indonesia. Mulai dari kaos, kemeja, tote bag, tumbler, gantungan kunci, lukisan dan lain sebagainya.

Semua produk yang dipamerkan mengandung nilai-nilai budaya seperti yang diterapkan pada desain batik, gambar mitos-mitos dari cerita daerah di tote bag, serta tulisan-tulisan dari aksara kuno.

Seperti yang dibuat oleh Alvina Puspita Ningrum Astuti dan kawan-kawannya. Mereka mendesain motif batik yang dinamakan Batik Janu Ardhani. Batik ini memiliki motif yang memuat gambar pucuk rebung, daun bidara, cengkeh, bunga rosella, yang digabungkan dengan aksara Jawa. Inspirasi batik motif Janu Ardhani berasal dari mantra yang sering diucapkan saat ada anggota keluarga yang sakit, yakni Tombo Teko Lara Lungo.

“Motif yang ada di batik Janu Ardhani melambangkan tanaman obat tradisional yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit, sedangkan pucuk rebung melambangkan keberuntungan dan harapan. Kemudian untuk filosofi kesuluruhannya adalah diharapkan orang yang memakai batik ini akan memiliki jiwa yang bersih, kuat, serta selalu diberi kesehatan dan ketenteraman dalam hidupnya,” tutur Alvina Puspita.

Produk lain yang tak kalah kaya akan nilai adalah kain batik motif Bangsur Maja. Motifnya gabungan dari buah maja, sulur kembang seruni, bunga wijayakusama, dan tanaman padi. Kesemuanya bersumber dari kisah kerajaan Majapahit yang terkenal sebagai kerajaan besar yang wilayahnya meliputi seluruh Nusantara.

“Nama batiknya terinspirasi dari buah maja khas Majapahit. Kemudian kami kombinasikan dengan beberapa unsur lain dari kerajaan Majapahit, seperti kembang sulur seruni, padi, dan bunga wijayakusuma yang melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran,” kata Wardatun Nafisah, pembuat batik Bangsur Maja.

Sementara itu pengampu mata kuliah Tradisi Lisan FKIP Universitas Jember Sukatman mengapresiasi kreativitas anak didiknya. Walau pertama digelar, seluruh peserta kegiatan GEMA KRISNA menunjukkan kreativitas luar biasa. Mereka mampu mengaplikasikan nilai-nilai dan kearifan tradisi lokal dalam berbagai karya yang apik.

Dia berharap pemahaman mahasiswa FKIP tentang tradisi lisan makin baik, dan kemudian turut melestarikan tradisi lisan di tiap daerah sekaligus membuka peluang industri kreatif berbasis tradisi lisan yang bisa dikembangkan saat nanti mahasiswa lulus kuliah dan kembali ke daerahnya masing-masing.

 

READ  Guna meningkatkan pengetahuan dan wawasan. Polres ciko adakan giat sosialisasi Hukum bagi personilnya

Leave A Reply

Your email address will not be published.