Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

Budaya Masyarakat di Jalan Raya

Opini . . .

Penakhatulistiwa.com, Surabaya – Surabaya kota metropolitan, mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 kepadatan penduduknya saat ini mencapai 2.765.487 jiwa, mengingat banyaknya manusia yang ada akan berbanding lurus dengan membludaknya kendaraan memenuhi seluruh ruas jalan, menjadikan kemacetan seakan menjadi rutinitas sehari-hari bagi pengendara.

Related Posts
1 of 551

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI saat ini, pengendara sepeda motor masih mendominasi prevalensi secara nasional yaitu 40,6% telah menjadi korban kecelakaan di jalan raya.

Kejadian tersebut memang hal yang dilematis bagi semua pihak, baik pemerintah, pengusaha produsen kendaraan, lembaga pembiayaan bahkan masyarakat sendiri sebagai konsumen.

Setiap kecelakaan di jalan akan dimulai dengan kelalaian atau bahkan kesalahan yang sebenarnya sering kita sengaja seperti memacu kendaraan dengan kecepetan tinggi ketika kondisi jalan agak lengang.

Hampir di sepanjang ruas jalur protokol Kota Surabaya sebenarnya sudah dilengkapi dengan rambu-rambu yang mengatur kecepatan maksimal berkendara di jalan raya. Jl. A. Yani misalnya, ada setidaknya sekitar 40 rambu yang maksudnya pengendara tidak boleh memacu kendaraan melebihi kecepatan 40 Km/jam, namun faktanya masih banyak pengendara melanggar.

Foto: Rambu di Jalan Raya Kota Surabaya

Lagi-lagi pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan mengatur dan mengelola anggaran harus mengambil sikap tegas demi merubah hal tersebut menjadi lebih baik.

Sudahkah kementrian keuangan yang mewadahi lembaga pembiayaan melakukan pengawasan terhadap setiap lembaga pembiayaan agar melakukan proses kegiatannya dengan benar sesuai kaidah kredit konsumen dalam hal ini 5c (Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral) salah satunya terhadap setiap calon konsumen ?

Sudahkan kepolisian melalui Korps Lalu Lintas (Korlantas) melakukan proses yang benar dalam penerbitan SIM serta menindak dengan tegas terhadap setiap pengguna jalan yang melanggar aturan demi menyadarkan masyarakat ?

Sudahkah kementrian perhubungan beserta jajaran di bawahnya mengkaji setiap pemasangan rambu dengan melakukan sosialisasi ataupun membuat parameter target pencapaian kesadaran dan berkendara yang aman ?

Berapapun banyaknya ruas jalan yang dibangun apabila tidak diimbangi dengan kebijakan pembatasan jumlah kendaraan pribadi dan sosialisasi yang terukur tentang pentingnya berkendara dengan benar dan aman maka grafik kecelakan tetap akan meningkat.

Masyarakat akan menjadi korban setiap kebijakan yang tidak ada koordinasi secara komprehensif melibatkan setiap pihak yang terkait dalam hal ini aparat kepolisian dan kementrian perhubungan sebagai penegak undang-undang, kementrian PU dan dinas yang melakukan pembangunan jalan ataupun produsen kendaraan dan lembaga pembiayaan yang akan selalu memacu target penjualan dengan menggunakan berbagai macam cara.

Rasanya sebagai manusia berbudaya kita tidak hanya serta merta menyalahkan orang lain, setiap pribadi harus mampu intropeksi sudah benarkah cara berkendara saat ini.

Ironis memang, entah tahu atau tidak maksud dari rambu-rambu, seakan pengguna jalan yang notabenenya sudah memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) menganggap tanda peringatan tersebut hanya sebagai penghias jalan.

Foto: Rambu di Jalan Raya Kota Surabaya

Banyak diantara kita sering akan berteriak lantang menyalahkan orang lain yang melanggar aturan dengan berbagai analisa yang dibingkai kalimat-kalimat kebenaran namun faktanya kita sendiri adalah seseorang yang sering melanggar hukum.

Gajah dipelupuk mata tidak kelihatan, namun kuman di seberang lautan pun tampak, rasanya pantas menjadi perumpamaan budaya berkendara sebagian besar dari kita semua sebagai warga negara Indonesia, dalam hal ini warga Kota Surabaya.

Tindakan yang dilakukan berulang-ulang oleh setiap orang bisa diumpakan sebagai karakter, dan karakter yang dilakukan oleh banyak orang boleh disebut budaya.

Sudah benarkah budaya berkendara kita saat ini ???

Rasanya masih tanda tanya besar yang butuh jawaban panjang disertai tindakan.

Kalo tidak hari ini, kapan lagi…
Kalo tidak kita sendiri, siapa lagi….

Mari berubah menjadi manusia berbudaya dengan menjadi pengendara yang baik….

Penulis: Totok

READ  Bulan Januari, Korem 084/BJ Rayakan HUT Anggota

Leave A Reply

Your email address will not be published.