ErrorException Message: Argument 2 passed to WP_Translation_Controller::load_file() must be of the type string, null given, called in /home/baguz/domain/penakhatulistiwa/wp-includes/l10n.php on line 838
http://penakhatulistiwa.com/wp-content/plugins/dmca-badge/libraries/sidecar/classes/{"id":677,"date":"2018-09-13T01:35:57","date_gmt":"2018-09-13T01:35:57","guid":{"rendered":"https:\/\/www.penakhatulistiwa.com\/?p=677"},"modified":"2019-03-06T16:38:03","modified_gmt":"2019-03-06T09:38:03","slug":"lika-liku-mikrofon-proklamasi","status":"publish","type":"post","link":"http:\/\/penakhatulistiwa.com\/2018\/09\/13\/lika-liku-mikrofon-proklamasi","title":{"rendered":"LIKA-LIKU MIKROFON PROKLAMASI"},"content":{"rendered":"

 <\/p>\n

Penakhatulistiwa.com<\/strong><\/em><\/span> – Pagi buta pada 17 Agustus 1945 telah diadakan persiapan untuk membacakan teks proklamasi di rumah Soekarno di pengangsaan timur 56. Sekiranya, hampir 1000 orang tumpah ruah di acara tersebut.<\/p>\n

Saat acara bergulir, Soekarno naik ke podium dan membacakan teks proklamasi dengan didampingi Mohammad Hatta. Suara Bung Besar Soekarno terdengar sangat dahsyat, lantang dan jelas. Hal itu tak lepas dari peran pengeras suara.<\/p>\n

Peran besar atas pembacaan proklamasi oleh Soekarno, benda tersebut lantas tak dilupakan begitu saja oleh Soekarno. Dalam autobiografinya Soekarno menjelaskan tentang riwayat mikrofon tersebut. \u201cAku berjalan ke pengeras suara kecil hasil curian dari stasiun radio Jepang dan dengan singkat mengucapkan proklamasi itu,\u201d kata Soekarno dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.<\/p>\n

Lebih jelasnya, pada 5 Oktober 1966, di Jakarta dalam pidato hari jadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) Soekarno kembali lagi berbicara soal mikrofon proklamasi. \u201cKita telah memiliki pada tanggal 17 Agustus 1945 itu mikrofon. Satu-satunya hal boleh dikatakan, materiel yang telah kita miliki, satu mikrofon, yang dengan mikrofon ini kita dengungkan ke hadapan seluruh manusia di bumi ini bahwa kita memproklamasikan kemerdekaan kita,\u201d kata Soekarno.<\/p>\n

Tak sependapat dengan pernyataan tersebut, pada 6 September 1972, Sudiro melontarkan kisah berbeda. Hal itu disampaikannya dalam ceramahnya di Lembaga Pembinaan Jiwa \u201845 Jakarta.
\n\u201cItu tidak betul!\u201d bantah Sudiro dalam
\nPengalaman Saya Sekitar 17 Agustus 1945.<\/p>\n

Sudiro menjelaskan, bahwa mikrofon itu milik Gunawan, pemilik Radio Satriya, bertempat tinggal di Jalan Salemba Tengah 24 Jakarta. Alat tersebut merupakan hasil rakitannya sendiri.<\/p>\n

Gayung bersambut, Gunawan mengakui memang benar mikrofon itu buatannya sendiri. \u201cMagnitnya saya buat dari dua buah dynamo sepeda, sementara band-nya hanya dari grenjeng (kertas perak pembungkus rokok),\u201d kata Gunawan dikutip Kompas, 16 Agustus 1984.<\/p>\n

Mengenai kisah peminjamannya, Gunawan menceritakan pada 17 Agustus 1945 pukul 07.00 pagi, Wilopo dan Njonoprawoto mengendarai sebuah mobil datang untuk meminjam mikrofon. Dan mereka tidak memberitahu Gunawan untuk keperluan apa mikrofon itu. Namun, ketika tak bisa memasangnya Wilopo melaporkan hal tersebut kepada Gunawan.<\/p>\n

Gunawan lantas mengutus saudaranya Sunarto. Pada Sunarto lah kedua peminjam tersebut bercerita mikrofonnya digunakan untuk Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.<\/p>\n

Setelah dipakai Soekarno, pada tahun 1946, mikrofon itu dibawa ke Solo. Alat itu disimpan baik-baik dan sesekali diperlihatkan pada teman-temannya.
\nPada 1949, Gunawan kembali lagi ke Jakarta. Namun, mikrofon bersejarah itu tak dibawanya lengkap. Sebagian alat yang rusak ditinggalkannya di Yogyakarta.<\/p>\n

Seiring berjalannya waktu, banyak orang yang telah mengetahui tentang sejarah mikrofon keramat tersebut. Dan banyak tawaran datang dari berbagai pihak. \u201cAda seorang India dari suku Sikh yang datang malam-malam, menyatakan keinginannya menukar mikrofon itu dengan sebuah rumah di Jalan Imam Bonjol,\u201d kata Gunarso, putra Gunawan.<\/p>\n

Tapi Gunawan menolak. Akhir perjalanannya, Gunawan menyerahkan mikrofon itu ke Harjoto, Sekjen Kementerian Penerangan. Harjoto yakin dengan sejarah mikrofon tersebut menghadiahkannya kepada Soekarno saat ulang tahun ke-58.<\/p>\n

\u201cHarjoto menerangkan bahwa dia menyerahkan \u2018mikrofon keramat’ kepada Presiden Sukarno sebagai hadiah dalam hubungannya dengan ulang tahun Presiden ke-58,\u201d tulis Antara, 17 Juni 1959.<\/p>\n

(MERAHPUTIH)<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

  Penakhatulistiwa.com – Pagi buta pada 17 Agustus 1945 telah diadakan persiapan untuk membacakan teks proklamasi di rumah Soekarno di pengangsaan timur 56. Sekiranya, hampir 1000 orang tumpah ruah di acara tersebut. Saat acara bergulir, Soekarno naik ke podium dan membacakan teks proklamasi dengan didampingi Mohammad Hatta. Suara Bung Besar Soekarno terdengar sangat dahsyat, lantang […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":678,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"jetpack_post_was_ever_published":false,"_jetpack_newsletter_access":"","_jetpack_dont_email_post_to_subs":false,"_jetpack_newsletter_tier_id":0,"footnotes":"","jetpack_publicize_message":"","jetpack_publicize_feature_enabled":true,"jetpack_social_post_already_shared":false,"jetpack_social_options":{"image_generator_settings":{"template":"highway","enabled":false}}},"categories":[9839,9842],"tags":[9300,7228,9299,7794,9560,8085,10033,12750,9550,8563,9823,7440,7689,7726,8840,7502,7765,8054,7642,7347,9513,11204,9514,11637,9515],"jetpack_publicize_connections":[],"jetpack_featured_media_url":"https:\/\/i0.wp.com\/penakhatulistiwa.com\/wp-content\/uploads\/2018\/09\/FB_IMG_1536786087459.jpg?fit=320%2C180","jetpack_sharing_enabled":true,"jetpack_shortlink":"https:\/\/wp.me\/paFRe4-aV","jetpack-related-posts":[],"jetpack_likes_enabled":false,"_links":{"self":[{"href":"http:\/\/penakhatulistiwa.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/677"}],"collection":[{"href":"http:\/\/penakhatulistiwa.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"http:\/\/penakhatulistiwa.com\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"http:\/\/penakhatulistiwa.com\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"http:\/\/penakhatulistiwa.com\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=677"}],"version-history":[{"count":0,"href":"http:\/\/penakhatulistiwa.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/677\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"http:\/\/penakhatulistiwa.com\/wp-json\/wp\/v2\/media\/678"}],"wp:attachment":[{"href":"http:\/\/penakhatulistiwa.com\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=677"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"http:\/\/penakhatulistiwa.com\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=677"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"http:\/\/penakhatulistiwa.com\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=677"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}