Penakhatulistiwa.com, Surabaya – Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo memberi apresiasi terhadap peran pengusaha yang berkontribusi besar bagi perekonomian Jatim. Berkat peran pengusaha, ekonomi Jatim terus melaju ditengah situasi ekonomi global saat ini yang kondisinya tidak menentu.
Apresiasi itu disampaikan Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim saat mendampingi Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara “Global Ekonomi Masa Kini di Indonesia” bersama pengusaha Tionghoa di lantai 3 hall Ranch Market Surabaya, Kamis (23/8).
Salah satu peran pengusaha lainnya bagi perekonomian Jatim, lanjut Pakde Karwo, yakni ikut serta menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok di Jatim, khususnya pada saat bulan puasa dan hari raya Idul Fitri kemarin, dimana pada momen-momen tersebut harga cenderung naik. Namun sebaliknya, harga kebutuhan pokok di Jatim justru mengalami penurunan harga atau deflasi sebesar 0,29%.
“Kepedulian para pengusaha sangat baik. Saya ingat, suatu hari ada pengusaha mengeluh bawang putih kosong di lapaknya, akibatnya harga naik karena komoditi mengalami kelangkaan. Kemudian kami langsung merespon dan mengirim bawang putih ke lapak tersebut, sehingga harga kembali stabil,” katanya.
Ditambahkannya, peran pengusaha dalam menjaga stabilitas harga tersebut berdampak positif pada kinerja inflasi Jawa Timur. Dimana hingga Juli 2018, secara kumulatif inflasi Jatim mencapai angka 1,68%, ini menunjukkan bahwa inflasi dapat dikendalikan dengan baik dengan tetap berada pada kisaran yang ditargetkan oleh pemerintah, yaitu 3,5 + 1%.
Tak hanya itu, lanjut Pakde Karwo, para pengusaha, khususnya pengusaha besar, juga sangat peduli dan perhatian terhadap pertumbuhan sektor UMKM, yang merupakan tulang punggung atau backbone perekonomian Jatim. Kepedulian itu menghasilkan sektor UMKM tumbuh dengan pesat di Jatim.
“Kami berterima kasih pada bantuan pengusaha yang ikut menumbuhkan UMKM. Berdasarkan sensus, pada 2008 UMKM Jatim hanya sebanyak 4,2 juta, lalu pada 2012 meningkat jadi 6,8 juta, dan pada 2017 meningkat jadi 9,59 juta. Inilah backbone ekonomi Jatim,” pujinya.
Perekonomian Jatim Tumbuh 5,57% di Triwulan II 2018
Dalam kesempatan ini, Pakde Karwo juga melaporkan bahwa peran pengusaha juga dapat terlihat dari perekonomian Jatim yang mampu tumbuh 5,57% (y on y) pada Triwulan II 2018, angka tersebut meningkat sebesar 0,05% dari pertumbuhan ekonomi Jatim pada semester I yang mencapai 5,52 persen.
Sedangkan, dari sisi produksi, kontribusi PDRB terbesar pada Triwulan II 2018 masih berasal dari tiga lapangan usaha utama, yaitu Industri Pengolahan; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Sepeda Motor dan Mobil; serta Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang masing-masing berkontribusi sebesar 29,09%, 18,47%, dan 12,37%.
Gubernur kelahiran Madiun ini menambahkan, kinerja perdagangan Jatim pada Semester I 2018 menunjukkan kinerja yang cukup memuaskan dengan mencapai surplus sebesar Rp. 57,89 Trilyun dimana Net Ekspor Impor Dalam Negeri/Antar Daerah mampu mencapai Rp. 101,58 Trilyun.
Selain itu, kinerja investasi Jatim selama Semester I 2018 berdasarkan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp. 7,93 trilyun, dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp. 16,67 trilyun, serta Investasi Non Fasilitasi mencapai Rp. 71,35 Trilyun, sehingga total realisasi investasi Semester I 2018 mampu menembus angka Rp. 95,95 Trilyun.
“Angka-angka ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja investasi Jawa Timur cukup bagus, meskipun dalam situasi perekonomian yang tidak menentu seperti sekarang ini,” pungkasnya.
Perekonomian Indonesia On The Right Track
Dalam kesempatan yang sama, Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada pada jalur yang benar atau on the right track. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai indikasi, yakni penurunan rasio kemiskinan, kesenjanga, dan akselerasi pertumbuhan ekonomi yang baik.
“Perekonomian nasional mampu tumbuh sebesar 5,27% pada semester II 2018, atau yang tercepat sejak semester I Tahun 2014. Ini semua dicapai ditengah perlambatan dan ketidakpastian ekonomi global. Ini menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia cukup baik,” katanya.
Menurutnya, tantangan ketidakpastian ekonomi global diperkirakan akan semakin kuat, ini dipicu oleh rencana kenaikan suku bunga dan ancaman perang dagang dari Amerika Serikat. “Ini menyebabkan penguatan USD terhadap hampir seluruh mata uang dari negara berkembang, termasuk Rupiah. Namun perlemahan rupiah masih dalam batas normal,” lanjutnya.
Pemerintah sendiri, imbuh Menko Luhut, telah mengambil langkah-langkah strategis untuk memperkuat nilai rupiah.
“Yakni menggunakan biodiesel B20 untuk solar PSO dan Non PSO, meningkatkan sektor pariwisata untuk menarik devisa dari wisatawan asing, meningkatkan penggunaan komponen local, dan meningkatkan daya dorong belanja pemerintah untuk menggerakkan ekonomi domestik,” tutupnya. (Red)