Penakhatulistiwa.com – Lebih dari 120 menit kontak tembak terjadi, dan selama itu pula laskar kereta api depo sidotopo bertahan dan berusaha menyerang dengan target menaklukkan atau mengevakuasi tentara inggris/sekutu untuk segera meninggalkan gedung internatio.
Sekitar jam 20.00 tentara inggris/ sekutu mulai kedodoran, dan laskar kereta api depo sidotopo semakin gencar melakukan penyerangan. Dalam kondisi gelap malam, Laskar kereta api depo sidotopo akhirnya berhasil mengambil alih medan pertempuran walau dengan kondisi yang sangat berat.
Sekitar jam 20.15, ketika gedung internatio sudah bisa dikuasai, ketika sebagian laskar kereta api depo sidotopo berhasil masuk naik keatas gedung, dan ketika laskar kereta api depo sidotopo yang lain dalam posisi saling melindungi juga sudah siap untuk menyerang masuk kedalam gedung internatio, baku tembak antar keduanya terpaksa harus segera dihentikan, sebab ternyata didalam gedung terjadi penyanderaan.
Diinformasikan oleh anggota laskar kerteta api depo sidotopo yang sudah berhasil masuk ke gedung terlebih dahulu bahwa Residen Sudirman penguasa Surabaya disandera oleh tentara inggris di dalam gedung internatio, dan akan dilepaskan pada keesokan harinya ketika tentara ingris/ sekutu jadi dipindahkan ke tanjung perak.
Laskar kereta api depo sidotopo yang lain yang masih berada diluar gedung dan sudah siap menyerang dan bersiap untuk masuk gedung internatio terpaksa menghentikan langkah. Demi keselamatkan residen Sudirman penguasa surabaya yang disandera, gencatan senjata terpaksa disepakati, Kontak tembak juga berhenti.
Laskar Kereta Api Depo Sidotopo terpaksa mundur selangkah dan mematuhi gencatan senjata yang baru sambil tetap mengawal gedung internatio dari jarak sesuai dengan radius yang disepakati 100 meter ( Gorka Inggris meminta 200 meter) sampai esok pagi 31 oktober 1945.
Di hari esok 31 oktober 1945 tentara Inggris/ Sekutu meninggalkan gedung internatio, dan membebaskan sandera yang ternyata bukan residen Sudirman, tetapi adalah Hr Mohamad salah satu petinggi tentara Surabaya jawa timur. Dihari itu pula 31 oktober 1945, terdengar berita bahwa jendral mallaby petinggi tentara inggris/sekutu tewas dalam insiden semalam.
Sebuah komitmen baru ternyata sangat- sangat mengecewakan bagi Laskar Kereta Api Depo Sidotopo. Wilayah Benteng di Semampir, yang sejak awal berhasil direbut dari tentara Jepang, dan direbut kedua kalinya dari Tentara Inggris dengan terpaksa harus direlakan untuk dilepas, sebab komitmen baru mengharuskan tentara Inggris sekutu yang dilumpuhkan pada pertempuran besar di Nyamplungan sampai benteng, dan semestinya berkedudukan di Ujung/ tanjung perak harus mundur hanya sampai garis batas timur benteng di Semampir.
Jadilah Laskar Kereta Api depo Sidotopo yang berkedudukan di setasiun KA Semampir Sawahpulo dengan pimpinan letda Sumali, yang selama ini tidak pernah dikalahkan oleh Tentara Inggris maupun tentara Jepang terpaksa ditarik mundur dari Semampir Sawah pulo dan bergabung kembali dengan induknya yaitu Laskar KA depo Sidotopo pimpinan lettu Nandir. Dan ini semua adalah karena demi mematuhi perintah atasan.
Jadilah depo Sidotopo sebagai pertahanan Surabaya timur yang paling depan. Jarak antara Semampir dan depo Sidotopo sekitar 2km. Maka tidak mengherankan, ketika perang sepuluh Nopember pecah, Depo Sidotopo yang hanya dipertahankan oleh Laskar Kereta Api Depo menjadi sasaran ajang bulan-bulanan dan pengebomman besar-besaran bagi tentara Inggris/Sekutu.
Fakta membuktikan bahwa pihak Inggris/Sekutu melakukan diplomasi manakala dia dalam kondisi lemah dan terjepit. Perundingan Perundingan hanya dilakukan sebagai siasat untuk mengulur waktu untuk menyusun kekuatannya yang lebih besar. Ketika devisi ke 5 dari Malaya berkekuatan 20.000 personel mendarat di Surabaya, maka Inggris/Sekutu mulai berulah dan mengeluarkan ultimatum agar rakyat Surabaya bersenjata harus menyerahkan senjatanya sebelum tanggal 10 Nopember l945, pukul 06.00. Sangsinya Surabaya akan dibumi hanguskan.
Sepakat dengan para Laskar arek-arek suroboyo yang lain, Laskar Kereta Api depo sidotopo tidak pernah menghiraukan ultimatum itu. SUNGKONO petinggi TKR/BKR Surabaya secara khusus memerintahkan LASKAR KERETA API DEPO SIDOTOPO bertahan di tempat untuk semampunya membendung laju penyerangan tentara inggris/sekutu yang bergerak dari arah timur.
Menyadari serangan besar akan terjadi, Laskar Kereta Api depo Sidotopo memindahkan segala perlengkapan dan peralatan vital depo termasuk lokomotif dan kereta ke Wonokromo. Laskar Kereta Api Depo juga siap menyediakan dan mengawal perjalanan rangkaian gerbong KA pengangkut para pengungsi yang meninggalkan kota Surabaya. Perumahan depo di sidotopo kompleks dikosongkan, para istri dan anak-anak diungsikan kecuali para pemuda yang tetap tinggal di tempat.
Sepanjang jl sidotopo sampai pegirian dipasang barikade halang rintang untuk menghambat laju serangan tentara Inggris/Sekutu.
(PPDSM)