Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

Faktor Ekonomi, Perkara Perceraian di Kab Cirebon Capai Ribuan

Penakhatulistiwa.com – Hiruk pikuk dalam membina hubungan bahterah rumah tangga harmonis merupakan impian bagi semua pasangan suami-istri. Namun bagaimana jadinya, jika rumah tangga tersebut di bumbui oleh faktor melemahnya ekonomi bagi kedua pasangan suami-istri tersebut.

Dalam catatan Pengadilan Agama Kelas I A Sumber Kabupaten Cirebon, pada Maret 2019 lalu, jumlah janda muda mencapai 420 jiwa, sedangkan jumlah duda bertengger pada 170 jiwa.

Related Posts
1 of 511

Selanjutnya, berdasarkan catatan Pengadilan Agama Kelas I A Sumber Cirebon pada Januari hingga Maret 2019 ini, jumlah perceraian tersebut mencapai 1.576 perkara.

Kendati begitu, sedangkan per-5 April 2019 ini Pengadilan Agama Kelas I A Sumber telah mencatat 2248 perkara.

Sebab itu, faktor ekonomilah menjadi penyebab utama dibalik meroketnya jumlah janda muda di Kabupaten Cirebon.

Kepada Penakhatulistiwa.com, Panitera Muda Permohonan, Pengadilan Agama Kelas I A Sumber, Atikah Komariah menyatakan, faktor utama perceraian di Kabupaten Cirebon disebabkan lantaran motif ekonomi. Karena kata dia, melemahnya ekonomi sepertinya ikut berdampak pada keharmonisan biduk rumah tangga.

Ia menjelaskan, rata-rata usia pihak berperkara yang baru menyandang predikat status baru menjadi janda, usia tersebut berada di kisaran 25 hingga 30 tahun.

Dikatakannya, jumlah perkara yang masuk dari Januari sampai Maret 2019 mencapai 1576 perkara.

Atikah menambahkan, perkara putus pada Maret lalu mencapai 590 perkara.

“Cerai talak ada 170, cerai gugat ada 420, yang dicabut ada 55 perkara,” ujarnya saat ditemui Penakhatulistiwa.com, Senin pagi (8/4/2019).

Selanjutnya, kata dia, hampir disetiap harinya, Pengadilan Agama Kelas I A Sumber melayani 40 kasus permohonan cerai gugat.

Menurutnya, dari banyaknya jumlah tersebut cerai gugat merupakan sebuah fenomena.

Dirinya tak menampik, rata-rata yang mengajukan cerai gugat alasanya faktor ekonomi. “Jadi mungkin diwilayah Kabupaten Cirebon itu, ekonominya mungkin sangat begitu,” pungkasnya.

Dia pun menjelaskan, dari sekian jumlah tersebut faktor yang menyebabkan mereka (pasangan suami-istri) bercerai karena faktor ekonomi. “Cerai talak pun sudah seperti itu, jadi setiap orang yang mengajukan cerai talak suaminya mengajukan, itu rata-rata di ekonomi,” terang Atikah disela-sela kesibukannya.

Atikah pun mengungkapkan, hampir setiap tahun jumlah perceraian di Kabupaten Cirebon terus meningkat.

Hal tersebut, kata dia, merupakan tugas Pemerintah Kabupaten Cirebon, agar meningkatkan perekonomian. “Jadi meminimalisir orang yang gugat cerai ke Pengadilan dan kalau perceraian karena masalah ekonomi masih bisa dibicarakan,” tutrunya.

“Tapi kebanyakan mereka (suami-istri) bercerai gara-gara faktor ekonomi, mereka bercerai,” sambungnya.

Dikatakannya, hanya sebagian persen yang melatar belakangi faktor perceraian seperti perselingkuhan, bahkan ditinggal suami.

“Ada sekitar 10% seperti itu, selain faktor ekonomi dan lain-lain,” paparnya.

Baginya, pihaknya menginginkan jumlah percerian tersebut bisa di minimalisir. Karena kata dia, tidak setiap orang yang datang di Pengadilan Agama, namun pihaknya tidak langsung semerta-merta memutuskan perkara tersebut.

“Kalau dihadiri kedua belah pihak ada yang namanya mediasi, walaupun tidak dihadiri oleh kedua belah pihak memberikan wejangan kepada masyarakat karena faktor ekonomi masih bisa dibicarakan,” terangnya.

Ia pun tidak bisa membendung niat pasangan suami-istri yang ingin bercerai di Pengadilan tersebut.

Atikah pun sempat bercerita, rata-rata sepulang kerja di luar negeri (TKW) kebanyakan, istri meminta cerai kepada suaminya. “Saya lihat, ibu-ibu yang baru pulang dari luar negeri, pulang ke daerahnya malah bukan memperbaiki hubungan rumah tangga, malah mereka menceraikan suaminya,” ceritanya.

Atikah selalu berpesan, bagi seluruh keluarga yang rukun, agar mampu mempertahankan biduk rumah tangga dengan harmonis.

“Dipikir kembali, dipikir ulang, jadi jangan mengedepankan ego dan ingat kepada keturunanya (buah hati),” pesannya.

“Kalau masalah ekonomi masih bisa kita bicarakan dengan pasangan, karena di ekonomi dikejar-kejar pun tidak akan datang, kalau bukan rezeki kita. Rezeki itu tahu dimana kita berada, yang penting kita berusaha saja,” sambungnya.

Atikah pun berharap Pemerintah Kabupaten Cirebon agar terus meningkatkan ekonomi masyarakatnya.

“Pemda sebagai Bapak dari masyarakat Kabupaten Cirebon bagaimana caranya, supaya rakyat ekonominya dapat ditingkatkan,” pungkasnya. Mu

READ  Ini Kronologis Penangkapan Kayu Ebony Ilegal Asal Sulawesi

Leave A Reply

Your email address will not be published.