Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

Tiga Desa di Kab Cirebon Krisis Air Bersih

Penakhatulistiwa.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat melalui Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik, H. Eman Sulaeman mengatakan, saat ini pihaknya telah berupaya untuk mengantisipasi kekurangan air bersih dan kekurangan air minum di sejumlah daerah Kabupaten Cirebon.

“Tentunya kita harus memasok air bersih daerah atau Desa-desa kekurangan air bersih,” kata H. Eman saat ditemui awak media ini di Kantornya, Senin (1/7) pagi.

Related Posts
1 of 544

H. Eman menambahkan, pada Juni 2019 ini pihaknya telah mencatat sejumlah wilayah Desa yang mengalami kekeringan akibat musim kemarau sebabkan kesulitan kekurangan untuk mendapatkan air bersih dan air minum.

Sementara data dalam BPBD Kabupaten Cirebon terdapat 3 Desa yang mengalami kekeringan mengakibatkan krisis air bersih diantaranya wilayah timur seperti Kecamatan Gebang, Desa Gebang Ilir. Kecamatan Sedong, Desa Sedong Kidul. Dan wilayah barat Kecamatan Klangenan, Desa Selangit.

Meski begitu, di salah satu Desa diwilayah Kecamatan Klangenan, masih teratasi oleh masyarakat. “Untuk Desa Kreo masih bisa diatasi oleh masyarakat. Artinya mereka (masyarakat) masih bisa mengambil air dari tetangganya, sungai, kalau di Desa Kreo kadang-kadang sumurnya mengambil dari sungai,” ujar H. Eman.

Sebanyak 6000 liter air bersih, kata Eman, dalam waktu dekat ini pihaknya akan segera mengirim air bersih diwilayah Desa Gebang Ilir. “Sudah ada surat masuk dan kita sudah berkoordinasi. Itu akan mulai kirim air bersih hari Selasa besok (2/6)” tandasnya.

Lanjutnya, untuk kebutuhan di Desa Gebang Ilir terdapat sinergitas antara perusahaan, masyarakat dan BPBD. “Jadi selain kita yang ngirim, ada CSR perusahaan,” tuturnya.

Menurutnya, bahwa musim kemarau pada 2019 ini lebih awal dibandingkan pada tahun sebelumnya.

Sedangkan, kata H. Eman, 2018 lalu kekeringan terjadi pada Agustus dan tercatat 29 Desa di 12 Kecamatan.

“Untuk tahun ini, kita sudah mengirimkan surat ke Camat. Agar mengirimkan data-data potensi kekeringan di daerah masing-masing atau yang sudah mulai kekeringan,” jelasnya.

Bahkan, kata dia, pada 2019 diprediksi mengalami kemarau panjang dibandingkan 2018 lalu. “Tahun sekarang, musim kemarau lebih awal sekitar Mei sampai November dan pada 2018 lalu musim kemarau mulai terjadi Agustus hingga November,” ujar H. Eman.

Musim kemarau ini, dirinya menghimbau kepada masyarakat agar melakukan penghematan air. “Artinya tidak menghambur-hamburkan air untuk mandi. Kalau pun kita kirim airnya di hemat kira-kira kebutuhan yang pokok saja,” ujar H. Eman.

H. Eman mengaku, saat ini pihaknya sedang menunggu informasi dari semua pihak, daerah mana saja yang mengalami kekeringan. “Kita sedang menunggu laporan-laporan dari masyarakat atau terutama Pak Kuwunya. Kalau mereka (warga) sudah memulai minta air, dan kita akan kirim airnya,” tutur H. Eman.

Maka, kata H. Eman, dalam pelaporan tersebut harus jelas. “Berapa Blok, Kartu Keluarga (KK), dan berapa jiwa yang terdampak dari kekurangan air bersih itu,” katanya.

“Nanti kita sesuaikan pengirimanya (air) dengan yang dibutuhkan,” tambahnya.

H. Eman pun menjelaskan, pihaknya segera mengatasi jika terdapat wilayah kekeringan sehingga masyarakat mudah untuk mendapatkan air bersih. “Misalkan ada seratus Kartu Keluarga (KK) dan kita kirim air bersih,” tandasnya.

Ia kembali mengingatkan, kepada para Kuwu dan masyarakat agar segera melapor jika terdapat wilayah kekeringan yang mengakibatkan kesulitan air bersih. “Apapun kejadian-kejadian bencana atau mulai kekeringan. Maka kami, akan menindaklanjuti secara cepat mungkin,” tegas H. Eman.

Selain itu, H. Eman juga mengatakan, agar masyarakat gemar menanam pohon untuk meresap cadangan air. “Terus halaman-halaman jangan di plester semua, sehingga penyerapan airnya tidak ada,” terangnya. Mu

READ  Walikota Surabaya kedatangan tamu dari Jepang, kunjungi Pelayanan Dispenduk

Leave A Reply

Your email address will not be published.