Kemdikbud
Penakhatulistiwa.com – Gua Karang Boma 1 secara administratif berlokasi di Banjar Karang Boma, Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Letak astronomis pura ini yaitu 50 L 0289858, 9023380 UTM dengan ketinggian 109 mdpl. Gua ini berada kurang lebih 30 km dari Kota Denpasar. Mulut gua ini sangat lebar menghadap ke arah barat laut. R.P. Soejono pernah melakukan ekskavasi di gua ini dan berhasil menemukan beberapa tinggalan arkeologi yang berasal dari masa prasejarah berupa pecahan kulit kerang (moluska) dan beberapa kereweng polos.
Saat ini lantai gua sudah tidak asli lagi karena telah dipasang ubin. Di depan gua terdapat sebuah patung Boma yang sangat besar. Piodalan di pura ini adalah jatuh pada hari Anggara Kasih Medangsia (setiap 210 hari kalender saka). Pura ini diempon oleh keluarga bermarga Arya Kubon Tubuh yang ada disekitar Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung.
Berdasarkan sejarahnya, bahwa Goa ini merupakan peninggalan peradaban prasejarah yaitu masa mesolithik, khususnya pada masa kehidupan berburu makanan yang diperkirakan berumur kurang lebih 2500 sebelum masehi. Goa ini terletak di Pegunungan gamping di semenanjung Benoa dan merupakan goa yang paling besar yang ada di Desa Pecatu.Sampai suatu ketika datanglah mahakawi-wiku suci Danghyang Nirartha. Dalam perjalanan dari Tanjung Benoa serta pantai Geger, sang resi suci itu kemudian melihat sebongkah batu bersinar menyerupai api. Batu itupun didekati dan diberi nama Karang Geni. Dari nama Karang Geni ini kemudian berubah menjadi Karang Boma. Geni merupakan kekuatan dari Boma (sejenis raksasa).
Di tempat ini, purohita (pendeta) Kerajaan Gelgel itu kemudian beryoga hingga memperoleh anugerah pasupati dari Batara Siwa. Anugerah ini kemudian diberikan kepada Ida Ratu Manik Maketel dan Ida Ratu Manik Mataum. Karena tempat ini memiliki arti penting kemudian dibangunlah parahyangan dengan nama Pura Karang Boma. Yang unik di pura ini, pujawali di Pura Karang Boma tidak diikuti dengan nyejer. Pujawali mesti dilaksanakan sehari saja, mulai pukul 13.00 hingga sekitar pukul 03.00. Setelah itu Ida Batara langsung masineb. Kecuali bila ada karya (upacara) tertentu.
Kepercayaan-kepercayaan yang hidup di dalam masyarakat pengemong dan penyiwi bahwa Pura Karang Boma banyak dimanfaatkan untuk melakukan permohonan seperti: memohon penyucian diri (samadi) dan kawisesan, memohon anak (nunas sentana), memohon obat bagi yang sakit serta memohon keselamatan (penglukatan) hasil wawancara dengan Jero Mangku Wayan Sutika di Banjar Karang Boma Pecatu.