Pena Khatulistiwa
Menggores Sejarah Peradapan

Legenda Gunung Arjuno

Penakhatulistiwa.com – Gunung Arjuno merupakan salah satu gunung yang terletak di pulau Jawa, tepatnya berada di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, bersebelahan dengan gunung Welirang. Ketinggian puncak gunung Arjuno mencapai 3.339 mdpl, menempati urutan ke-2 dalam jajaran gunung-gunung tertinggi di Provinsi Jawa Timur.

Selain keindahan alamnya yang memukau, saat menjamahinya, kamu juga dapat menemukan beberapa petilasan yang membuat suasana di kawasan gunung Arjuno terasa sedikit mistis. Petilasan-petilasan tersebut di antaranya adalah petilasan Eyang Semar.

Related Posts
1 of 483

Selain itu, kawasan gunung Arjuno memiliki beberapa tempat yang dianggap angker, seperti hutan Lali Jiwo yang kerap dipercaya mampu menyesatkan para pendaki yang memiliki niatan buruk, atau Pasar Dieng (Pasar Setan) yang dipercaya sebagai pusat perbelanjaan bangsa jin. Menurut Kisah Legenda Pada sebuah masa di kawasan Jawa Timur, berdiri sebuah kerajaan Hastinapura yang dipimpin oleh seorang raja bernama paduka Pandu. Sang raja memiliki 2 permaisuri, yaitu istri tua bernama ratu Kunti dan istri muda bernama ratu Madri. Serta dikaruniai 5 putra yang dikenal dengan sebutan Pandawa 5, mereka adalah Arjuna, Bima dan Yudistira yang terlahir dari istri tua, serta si kembar, Nakula dan Sadewa, dari istri muda.

Di antara ke-5 putra Pandu, Arjuna merupakan orang yang paling sakti, ia merupakan titisan Dewa Indra, dewa perang yang memiliki kesaktian mandraguna. Arjuna mendapatkan kesaktian tersebut dari pertapaan yang sering ia lakukan. Namun, meski memiliki tingkat kesaktian yang sangat tinggi, Arjuna tidak pernah puas, ia berencana untuk melakukan pertapaan, lagi.

Akhirnya ia pergi dari istana menuju ke arah Barat, di tengah perjalanan ia menemukan sebuah gunung dengan udara yang sangat sejuk dan pemandangan alam yang sangat indah, dikelilingi oleh pegunungan. Saat itu pula ia memutuskan untuk melakukan pertapaan di sana, ia yakin bahwa gunung tersebut dapat memberikannya kekuatan alam yang amat luar biasa.

Setelah menemukan sebuah batu besar, kemudian ia duduk bersila di atasnya, memejamkan mata, memfokuskan pikiran dan terhanyut dalam kegiatan spiritual tersebut, sangat khusyuk. Bahkan, bidadari yang diutus oleh kahyangan para dewa tidak mampu mengganggu Arjuna dari pertapaannya. Waktu berlalu sangat cepat, bulan demi bulan berlalu, Arjuna masih bersila sambil memejamkan matanya, khusyuk dalam pertapaannya. Hingga pada suatu hari, kekuatan dahsyat masuk ke dalam diri sang petapa muda itu.

Kala itu, sekitika tubuhnya mengeluarkan kilauan cahaya yang amat terang, setiap makhluk yang berani mendekatinya akan langsung mati. Namun ia tetap melakukan pertapaannya, seolah masih haus akan kesaktian dan tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya.

Celakanya, kesaktian arjuna terus menerus bertambah, semakin dahsyat, mengakibatkan guncangan hebat di kawasan tersebut, petir menggelegar di siang bolong, kawah Condrodimuko mengeluarkan lahar panas, hujan turun sangat besar menimbulkan bencana banjir di mana-mana, gunung yang ia tempati terangkat ke atas, menyundul-nyundul langit.

Tentu saja kejadian ini membuat suasana di kahyangan para dewa (Suralaya) seketika berubah menjadi gaduh, para dewa merasa khawatir bahwa kehidupan di alam manusia akan segera hancur. Sebagai tindakan cepat, akhirnya mereka mengadakan rapat yang dipimpin oleh Batara Guru. Meski mengetahuinya, sebagai pembukaan, Batara Guru menanyakan situasi.

Ada apa gerangan yang terjadi di Marcapada, kakang Narada. Hingga Kahyangan menjadi geger? Sidang itu selesai, sebagai hasilnya Batara Narada diutus turun ke bumi untuk mengehentikan arjuna dari pertapaannya. Ia segera mengitari angkasa untuk menemukan keberadaan sang petapa sakti.

Di tengah keadaan yang carut-marut, akhirnya ia menemukan sebuah gunung yang mengapung, beserta Arjuna yang sedang khusyuk di dalam semedinya. Segera ia menghampiri dan bersabda pada Arjuna.

Wahai cucuku Arjuna, bangunlah dari pertapaanmu, semua orang bahkan para Dewa akan menjadi celaka bila kau tak mau menghentikannya. Namun keangkuhan Arjuna membuatnya tidak mendengarkan ucapan Batara Narada, ia justru lebih tekun dalam pertapaannya. Arjuna berfikir bahwa sikapnya itu pasti akan membuat sang dewa kebingungan dan akan menawarkan kesaktian kepadanya agar ia mau berhenti dari pertapaan.

Merasa gagal menjalankan misi, akhirnya Batara Narada kembali ke kahyangan dan melaporkannya pada Batara Guru. Sidang susulan dilakukan, mencari cara lain untuk mengehentikan Arjuna dari pertapaannya. Dalam keadaan genting, akhirnya sidang memutuskan untuk mengutus Batara Ismaya.

Ditemani oleh Togog, kemudian Batara Ismaya turun ke bumi dengan menjelma sebagai Semar. Mereka berdua menjalankan strategi dengan bersemedi di atas ke dua sisi gunung yang ditempati Arjuna. Dengan kesaktian, keduanya berubah menjadi sangat besar, hingga ketinggian mereka melampaui gunung yang masih mengapung tersebut.

Kemudian mereka mengeruk tanah bagian bawah gunung dan memotong gunung tersebut menjadi dua bagian, segera dilemparkannya gunung bagian atas, mengakibatkan Arjuna terbangun dari semedinya. Melihat bumi yang carut-marut akhirnya ia tersadar bahwa apa yang telah dilakukannya merupakan sebuah kesalahan. Kala itu Semar memberi nasihat kepada Arjuna.

Wahai anakku, pertapaan yang kau lakukan membuat keadaan bumi dan kahyangan para dewa menjadi genting, engkau terlalu berambisi dengan kesaktian, berhentilah, gunakanlah kesaktianmu sekarang untuk kebaikan, agar kau tidak menyesal di kemudian hari.

Pada akhirnya, gunung tempat Arjuna melakukan tapa dinamai dengan sebutan gunung Arjuno dan potongan lainnya diberi nama gunung Wukir.

(Ppdsm)

READ  Satgas TMMD Kodim 0615/Kuningan Ajarkan ke Pelajar Wawasan Kebangsaan

Leave A Reply

Your email address will not be published.